Saturday, August 24, 2013

Model Treffinger

Model Treffinger adalah suatu strategi pembelajaran yang dikembangkan dari model belajar kreatif yang bersifat developmental dan mengutamakan segi proses. Strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Treffinger yang berdasarkan kepada model belajar kreatifnya (Sunata, 2008: 15).
Semiawan (1984: 11) menyatakan pembelajaran kreatif model Treffinger terdiri dari tiga tahap pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing tahap pembelajaran tersebut.

a.    Tahap I (tahap pengembangan fungsi – fungsi divergen)
Pada tahap ini penekanannya keterbukaan pada gagasan – gagasan baru dan berbagai kemungkinan atau alternatif penyelesaian. Kegiatan – kegiatan pada tahap ini tidak mengarah kepada ditemukannya satu jawaban yang benar tetapi ada sejumlah kemungkinan jawaban dari penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Tujuan dari tahap pengembangan fungsi – fungsi divergen ini adalah mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Teknik yang dapat digunakan adalah (1) teknik pemanasan, yaitu memberikan pertanyaan – pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga diperoleh gagasan sebanyak mungkin, (2) teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka, yaitu mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban. (3) sumbang saran, yaitu keterbukaan dalam memberikan gagasan, menerima dan menghasilkan banyak gagasan. (4) daftar penulisan gagasan, yaitu penulisan gagasan yang dimilki siswa. (5) penyusunan sifat, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk menimbulkan banyak gagasan tentang suatu obyek atau masalah (6) hubungan yang dipaksakan, yaitu memaksakan suatu hubungan antara objek – obkek atau situasi yang dimasalahkan dengan unsur – unsur lain untuk menimbulkan gagasan baru (Munandar,1992). Teknik – teknik ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya atau jawaban dalam memecahkan masalah.
b.    Tahap II ( tahap pengembangan berfikir dan merasakan secara lebih kompleks)
Pada tahap ini penekanannya pada penggunaan gagasan dalam situasi kompleks disertai ketegangan dan konflik. Siswa diajak untuk meluaskan pemikiran mereka dan berperan serta dalam kegiatan – kegiatan yang lebih majemuk dan menantang serta mempersiapkan siswa untuk menjadi mandiri dalam menghadapi masalah atau tantangan dengan cara yang kreatif. Tujuan dari teknik pada tahap ini adalah untuk memahami konsep serta menambah wawasan dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi selanjutnya.
Teknik – teknik yang digunakan pada tahap pngembangan berfikir dan merasakan secara lebih kompleks serta cognitive conflict yang menyertainya antara lain ; (1) analisis morfologis, yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi ide – ide baru dengan cara mengkaji secara cermat struktur masalah. (2) bermain peran dan sosial drama, yaitu membantu siswa untuk menangani konflik dan masalah yang timbul dari pengalaman kehidupannya. (3) synectics, yaitu mempertemukan bersama berbagai unsur dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh suatu pandangan baru.
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut. Misalnya, melalui benda – benda konkret. Menurut dalil penyusunan yang dikemukakan oleh Bruner (Suherman dkk, 2001: 45) berdasarkan hasil pengamatannya, kegiatan seperti itu dapat melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran siswa dan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap ide atau definisi tersebut. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memahami suatu masalah akan meningkat pada tahap ini.


c.    Tahap III (tahap Keterlibatan dalam tantangan nyata)
Pada tahap ini penekanannya pada penggunaan proses berfikir dan merasakan secara kreatif untuk memecahkan masalah secara bebas dan mandiri. Tujuan dari keterlibatan dalam tantangan nyata adalah menerapkan konsep tentang materi yang diajarkan.
Pada tahap ini, siswa menggunakan kemampuan mereka dengan cara – cara yang bermakna untuk kehidupannya. Siswa tidak hanya belajar kemampuan berfikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka. Pengtreffingeran (conditioning) dapat meningkatkan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam menyajikan masalah secara matematik, menemukan kata kunci permasalahan, mengembangkan metode penyelesaian masalah yang efektif dan menemukan solusi masalah yang tepat akan meningkat.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger dilakukan dengan cara mengikuti tahap – tahap yang telah dijelaskan di atas. Setiap pembelajaran tersebut harus diterapkan pada prosespembelajaran di kelas secara utuh dan terintegrasikan.
Strategi pembelajaran matematika denganm menggunakan model Treffinger dapat di ungkapkan seperti dalam tabel berikut ini ;
Tabel 2.1
Strategi dan teknik-teknik pembelajaran kreatif model Treffinger

Tahap
Kunci tugas
Kemampuan yang diharapkan
Teknik pembelajaran
1
Keterbukaan aneka gagasan baru, melihat sebanyak-banyaknya kemungkinan dan alternatif untuk mengkomunikasikan ide-ide matematik
·         Kognitif
-          Kelancaran
-          Kerincian kelunturan
-          Kognisi dan ingatan
-          Keaslian
·         Afektif
-          Ingin tahu
-          Mengambil resiko
-          Keterbukaan kepada pengalaman
-          Keinginan merespon
-          Kepekaan kepada masalah
-          Toleransi terhadap ambiguitas
-          Kepercayaan diri

-          Pemanasan
-          Pemikiran / perasaan terbuka
-          Diskusi dan penundaan penilaian
-          Mendaftar gagasan
-          Penguatan hubungan

2
Penggunaan gagasan kreatif dalam situasi kompleks, yang melibatkan proses pemikiran, perasaan, serta ketegangan dan konflik
·         Kognitif
-          Aplikasi
-          Keterampilan riset
-          Analisis dan sintesis
-          Transformasi
-          Evaluasi
-          Analogi
·         Afektif
-          Pengembangan nilai/kesadaran
-          Mengelola konflik yang kompleks
-          Relaksasi
-          Imajinasi
-          Analisis morfologis
-          Klarifikasi nilai
-          Sosio drama
-          Simulasi
-          Komunikasi matematik
-          Keterampilan riset
3
Penggunaan proses perasaan dan pemikiran kreatif untuk mengkomunikasikan ide-ide matematik secara mandiri
·         Kognitif
-          Belajar mandiri dan penemuan
-          Pengarahan diri
-          profesionalisme
-          pengelolaan kemampuan
-          pengembangan hasil
·         Afektif
-          Internalisasi nilai
-          Komitmen hidup produktif
-          Mengarah kepada aktualisasi diri
-          Proyek studi mandiri
-          Komunikasi matematik siswa

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger dianggap dapat meningkatkan berfikir kreatif matematik siswa karena melatih siswa untuk mengungkapkan gagasannya secara kreatif yang pada akhirnya siswa akan mampu menemukan cara yang paling efektif untuk memecahkan sebuah masalah. Selain itu, model ini juga melibatkan aspek afektif dalam pemecahan masalah yang membuat siswa dapat memehami situasi dan kondisi dalam suatu permasalahan.     

No comments:

Post a Comment