Model Treffinger adalah suatu strategi
pembelajaran yang dikembangkan dari model belajar kreatif yang bersifat developmental dan mengutamakan segi
proses. Strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Treffinger yang berdasarkan kepada model
belajar kreatifnya (Sunata, 2008: 15).
Semiawan (1984: 11)
menyatakan pembelajaran kreatif model Treffinger
terdiri dari tiga tahap pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing
tahap pembelajaran tersebut.
a.
Tahap
I (tahap pengembangan fungsi – fungsi divergen)
Pada
tahap ini penekanannya keterbukaan pada gagasan – gagasan baru dan berbagai kemungkinan
atau alternatif penyelesaian. Kegiatan – kegiatan pada tahap ini tidak mengarah
kepada ditemukannya satu jawaban yang benar tetapi ada sejumlah kemungkinan
jawaban dari penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Tujuan dari
tahap pengembangan fungsi – fungsi divergen ini adalah mempersiapkan materi
yang akan diajarkan kepada siswa.
Teknik
yang dapat digunakan adalah (1) teknik pemanasan, yaitu memberikan pertanyaan –
pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa
sehingga diperoleh gagasan sebanyak mungkin, (2) teknik pemikiran dan perasaan
berakhir terbuka, yaitu mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang memberikan
kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban. (3) sumbang saran, yaitu
keterbukaan dalam memberikan gagasan, menerima dan menghasilkan banyak gagasan.
(4) daftar penulisan gagasan, yaitu penulisan gagasan yang dimilki siswa. (5)
penyusunan sifat, yaitu suatu teknik yang digunakan untuk menimbulkan banyak
gagasan tentang suatu obyek atau masalah (6) hubungan yang dipaksakan, yaitu
memaksakan suatu hubungan antara objek – obkek atau situasi yang dimasalahkan
dengan unsur – unsur lain untuk menimbulkan gagasan baru (Munandar,1992).
Teknik – teknik ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya atau jawaban dalam memecahkan masalah.
b.
Tahap
II ( tahap pengembangan berfikir dan merasakan secara lebih kompleks)
Pada
tahap ini penekanannya pada penggunaan gagasan dalam situasi kompleks disertai ketegangan dan konflik. Siswa diajak untuk
meluaskan pemikiran mereka dan berperan serta dalam kegiatan – kegiatan yang
lebih majemuk dan menantang serta mempersiapkan siswa untuk menjadi mandiri
dalam menghadapi masalah atau tantangan dengan cara yang kreatif. Tujuan dari
teknik pada tahap ini adalah untuk memahami konsep serta menambah wawasan
dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi selanjutnya.
Teknik
– teknik yang digunakan pada tahap pngembangan berfikir dan merasakan secara
lebih kompleks serta cognitive conflict yang menyertainya antara lain ; (1)
analisis morfologis, yaitu bertujuan untuk mengidentifikasi ide – ide baru
dengan cara mengkaji secara cermat struktur masalah. (2) bermain peran dan
sosial drama, yaitu membantu siswa untuk menangani konflik dan masalah yang
timbul dari pengalaman kehidupannya. (3) synectics, yaitu mempertemukan bersama
berbagai unsur dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh suatu pandangan baru.
Pada
tahap ini, siswa dituntut untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari
konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut.
Misalnya, melalui benda – benda konkret. Menurut dalil penyusunan yang
dikemukakan oleh Bruner (Suherman dkk, 2001: 45) berdasarkan hasil
pengamatannya, kegiatan seperti itu dapat melekatkan ide atau definisi tertentu
dalam pikiran siswa dan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap ide atau
definisi tersebut. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memahami suatu
masalah akan meningkat pada tahap ini.
c.
Tahap
III (tahap Keterlibatan dalam tantangan nyata)
Pada
tahap ini penekanannya pada penggunaan proses berfikir dan merasakan secara
kreatif untuk memecahkan masalah secara bebas dan mandiri. Tujuan dari
keterlibatan dalam tantangan nyata adalah menerapkan konsep tentang materi yang
diajarkan.
Pada
tahap ini, siswa menggunakan kemampuan mereka dengan cara – cara yang bermakna
untuk kehidupannya. Siswa tidak hanya belajar kemampuan berfikir kreatif,
tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka. Pengtreffingeran
(conditioning) dapat meningkatkan kemampuan siswa. Oleh karena itu, kemampuan
siswa dalam menyajikan masalah secara matematik, menemukan kata kunci
permasalahan, mengembangkan metode penyelesaian masalah yang efektif dan
menemukan solusi masalah yang tepat akan meningkat.
Pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Treffinger
dilakukan dengan cara mengikuti tahap – tahap yang telah dijelaskan di
atas. Setiap pembelajaran tersebut harus diterapkan pada prosespembelajaran di
kelas secara utuh dan terintegrasikan.
Strategi pembelajaran
matematika denganm menggunakan model Treffinger dapat di ungkapkan seperti
dalam tabel berikut ini ;
Tabel 2.1
Strategi dan
teknik-teknik pembelajaran kreatif model Treffinger
Tahap
|
Kunci tugas
|
Kemampuan yang diharapkan
|
Teknik pembelajaran
|
1
|
Keterbukaan aneka gagasan baru,
melihat sebanyak-banyaknya kemungkinan dan alternatif untuk mengkomunikasikan
ide-ide matematik
|
·
Kognitif
-
Kelancaran
-
Kerincian kelunturan
-
Kognisi dan ingatan
-
Keaslian
·
Afektif
-
Ingin tahu
-
Mengambil resiko
-
Keterbukaan kepada pengalaman
-
Keinginan merespon
-
Kepekaan kepada masalah
-
Toleransi terhadap ambiguitas
-
Kepercayaan diri
|
-
Pemanasan
-
Pemikiran / perasaan terbuka
-
Diskusi dan penundaan penilaian
-
Mendaftar gagasan
-
Penguatan hubungan
|
2
|
Penggunaan gagasan kreatif
dalam situasi kompleks, yang melibatkan proses pemikiran, perasaan, serta
ketegangan dan konflik
|
·
Kognitif
-
Aplikasi
-
Keterampilan riset
-
Analisis dan sintesis
-
Transformasi
-
Evaluasi
-
Analogi
·
Afektif
-
Pengembangan nilai/kesadaran
-
Mengelola konflik yang kompleks
-
Relaksasi
-
Imajinasi
|
-
Analisis morfologis
-
Klarifikasi nilai
-
Sosio drama
-
Simulasi
-
Komunikasi matematik
-
Keterampilan riset
|
3
|
Penggunaan proses perasaan dan
pemikiran kreatif untuk mengkomunikasikan ide-ide matematik secara mandiri
|
·
Kognitif
-
Belajar mandiri dan penemuan
-
Pengarahan diri
-
profesionalisme
-
pengelolaan kemampuan
-
pengembangan hasil
·
Afektif
-
Internalisasi nilai
-
Komitmen hidup produktif
-
Mengarah kepada aktualisasi
diri
|
-
Proyek studi mandiri
-
Komunikasi matematik siswa
|
Pembelajaran
matematika dengan menggunakan model Treffinger
dianggap dapat meningkatkan berfikir kreatif matematik siswa karena melatih
siswa untuk mengungkapkan gagasannya secara kreatif yang pada akhirnya siswa
akan mampu menemukan cara yang paling efektif untuk memecahkan sebuah masalah.
Selain itu, model ini juga melibatkan aspek afektif dalam pemecahan masalah
yang membuat siswa dapat memehami situasi dan kondisi dalam suatu
permasalahan.
No comments:
Post a Comment