Saturday, August 24, 2013

Model Pembelajaran Peta Pikiran

Peta pikiran merupakan contoh sangat baik tentang pendayagunaan teknik yang bisa membantu kita memahami konsep-konsep dan menghafalkan informasinya dengan suatu prasarana belajar.
            Buzan (2008: 4) mengemukakan bahwa,
Peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan infomasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.

      
Sedangkan menurut De Porter (Fattah, 2010: 11), “Mind mapping (peta pikiran) adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan”.
            Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka model pembelajaran peta pikiran dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan teknik mencatat tingkat tinggi. Dimana melalui catatan siswa ini, siswa harus mengasosiasikan antara satu topik/konsep dengan konsep lain.
           
Buzan (Bachman, 2005: 76) mengemukakan bahwa,
Metode-metode atau prinsip utama dari mind mapping (peta pikiran) yaitu mulailah dengan satu tema atau konsep di antaranya dan sebarkan pokok-pokok terkait dengan menghubungkan garis-garis di sekitar pusatnya, kemudian gunakanlah imajinasi dan kata-kata kunci untuk dihubungkan dengan pokok-pokoknya untuk membantu penghapalan.

            Menggunakan dua prinsip tersebut, Buzan merancang satu pengaturan informasi dan metodologi pemantapan yang mencerminkan teori-teori tentang bagaimana otak kita memahami, mengkategorikan, dan menghapalkan rangkaian informasi mana saja secara alamiah, karena dinamakan mind mapping. Secara harfiah merupakan pemetaan informasi yang disimpan dalam pikiran.
            Peta pikiran merupakan alat yang membantu otak berpikir secara teratur. Semua peta pikiran mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak.
            Timbul suatu pertanyaan, mengapa peta pikiran adalah alat yang penuh daya dan ramah? Peta pikiran melibatkan kedua sisi otak karena peta pikiran menggunakan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan), bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri). Peta pikiran dapat mendorong pemikiran yang sinergis dan membantu otak membuat lompatan pengertian dan imajinasi besar melalui asosiasi. Jika siswa hanya membuat daftar sederhana tentang materi matematika yang dibahas, kemungkinan besar siswa tidak akan menghasilkan jumlah ide yang sama banyak seperti siswa yang membuat peta pikiran. Ini disebabkan karena informasi pada daftar, siswa tidak mengaitkan materi secara logis atau teratur dan ini akan menghambat cara berpikir sinergis siswa.
            Buzan (Suherman 2008: 4) mengemukakan bahwa,
Otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antara bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah atau sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana, atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya

            Khoo (Fattah, 2010: 12) mengungkapkan bahwa, “Prinsip yang digunakan dalam peta pikiran (mind mapping) sejalan dengan tujuh prinsip super memory”, yaitu sebagai berikut.
1. Visualisasi
Visualisasi adalah salah satu dari dua prinsip memori yang paling kuat. Otak kita berpikir dalam bentuk gambar. Sehingga lebih mudah mengingat dalam bentuk gambar dibandingkan dengan kata-kata. Jika semakin rinci dan hidup gambar itu dalam otak maka semakin kuat pula daya ingat siswa. Jadi rahasianya adalah mengubah materi pelajaran ke dalam gambar-gambar, supaya otak siswa dapat menyerap konsep dengan sangat cepat.
2.    Asosiasi
Asosiasi mempunyai arti hubungan, maksudnya siswa membentuk hubungan antara satu topik dengan topik lain. Sehingga hal ini akan menciptakan indeks berurutan dalam otak untuk pemanggilan kembali dengan cepat.


3.    Membuat sesuatu menjadi lebih berbeda
Analogi untuk prinsip ini adalah ketika kita melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya atau melakukan sesuatu hal yang sangat disenangi atau menyakitkan, pasti kita akan senantiasa teringat terus. Dalam pembelajaran pun seharusnya seperti itu, oleh karena melalui peta pikiran ini siswa dituntut untuk membuat catatan yang beda dari yang lain sehingga materi pelajarannya dapat diingat terus.
4.    Imajinasi
Imajinasi dalam pembelajaran dapat dipraktikan dengan cara membayangkan materi yang akan disampaikan dan melalui pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan, siswa dapat mengingatnya kembali. Dan biasanya kita pun suka mengingat sesuatu yang kita buat berdasarkan imajinasi sendiri.
5.    Warna
Berdasarkan penelitian, warna dapat meningkatkan memori kita lebih dari 50%. Oleh karena itu, jika dalam pembelajaran hal ini diterapkan akan sangat membantu siswa, selain memori yang meningkat, pembelajaran pun akan lebih menyenangkan dan dapat membuat catatan menjadi lebih menarik.
6.    Irama
Irama atau musik dalam pembelajaran sangat dibutuhkan, irama akan meningkatkan kemampuan daya ingat siswa karena irama dapat mengaktifkan otak sebelah kanan, yang selalu dominan dipakai pada saat belajar.

7.    Holism
Holism berarti “seluruhnya”, pada saat siswa belajar maka materi yang disampaikan jangan sampai terpisah-pisah, melainkan harus seluruhnya, hal ini untuk memudahkan dalam memahami konsep. Oleh karena itu, peta pikiran sangat cocok untuk diterapkan. Sebab peta pikiran itu bersifat holistik, dapat melihat gambaran secara keseluruhan.
            Berdasarkan prinsip di atas, peta pikiran ini identik dengan daya ingat. Namun bukan berarti dalam setiap pembelajaran itu harus dihapal, apalagi dalam pembelajaran matematika harus dihindari prinsip menghapal. Jadi, maksudnya ketika konsep yang sudah dipelajai dapat dipahami, untuk membantu daya ingat siswa agar tidak cepat lupa maka digunakanlah peta pikiran.
            Setiap situasi belajar, khususnya dalam pembelajaran matematika, ada beberapa variabel yang sama pada kesemuanya. Diantaranya adalah derajat keberhasilan, waktu yang siswa miliki untuk belajar dan berlatih, jumlah waktu yang siswa gunakan untuk belajar dan berlatih, dan tujuan yang melandasi semua pembelajaran. Buzan (2008: 71) mengatakan bahwa, “Rumus kesuksesan dalam pembelajaran yang erat kaitannya dengan peta pikiran (mind mapping) adalah TEFCAS atau Trial, Event, Feedback, Check, Adjust dan Success. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1.    Trial atau percobaan
Dalam setiap pembelajaran yang kita lakukan khususnya dalam matematika, tidak akan ada yang terjadi jika tidak mencobanya terlebih dahulu. Kemajuan dalam pembelajaran matematika ditandai dengan berbagai percobaan yang dilakukan. Dalam hal ini siswa akan dituntut untuk mencoba terus dalam membuat peta pikiran.
2.    Event atau peristiwa
Tahapan atau proses pembelajaran harus dilalui oleh setiap siswa. Hal ini akan menunjang dalam keberhasilan, sebab jika satu kali tidak masuk atau tidak mengikuti pembelajaran maka siswa tersebut akan tertinggal. Selain itu, jika dalam pembelajaran siswa hanya bermalas-malasan, tidak mengikuti pembelajaran sebagaimana mestinya, maka siswa itu pun akan tertinggal bahkan mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3.    Feedback atau umpan balik
Umpan balik dalam kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan, hal ini akan membuat kelas menjadi lebih interaktif. Umpan balik ini dapat dilakukan antar siswa atau antara guru dengan siswa.
4.    Check atau memeriksa
Ini akan terjadi secara otomatis dan sadar, dan akan dilakukan hubungannya dengan tujuan belajar siswa. Setiap siswa pasti akan secara otomatis memeriksa pelajaran yang akan dipelajari atau yang sudah dipelajari. Khususnya dalam hal catatan atau tugas yang diberikan guru.
5.    Adjust atau menyesuaikan diri
Proses pembelajaran yang baik yaitu membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, siswa harus bisa menyesuaikan diri dengan kompetensi yang diinginkan. Dan jika ada yang kurang bagus, dapat dilakukan penyelarasan yang tepat untuk percobaan selanjutnya.
6.    Success atau berhasil
Apapun yang siswa lakukan, tujuan otak siswa adalah berhasil dan sukses melakukannya. Walaupun kesalahan atau kegagalan yang sering terjadi, jangan sampai membuat aktivitas pembelajaran menjadi terhambat. Kesalahan yang tejadi harus dijadikan sebagai pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, sampai siswa berhasil.
            Peta pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional.
            Pada pembelajaran khususnya matematika, peta pikiran ini dapat membantu kita untuk:
1.    merencanakan atau merangkai materi ajar yang akan kita bahas saat pembelajaran;
2.    berkomunikasi/berdiskusi dan mempresentasikan materi;
3.    menghemat waktu;
4.    menyelesaikan masalah, dalam hal ini berkaitan dengan menyelesaikan soal-soal matematika;
5.    mengingat dengan lebih baik;
6.    belajar lebih cepat dan efisien.

            Michalko (Buzan, 2008: 6) mengatakan bahwa,
Mind mapping, dapat memberikan banyak pengaruh, diantaranya sebagai berikut.
1.   Mengaktifkan seluruh otak.
2.   Membereskan akal dari kekusutan mental.
3.   Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan.
4.   Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah.
5.   Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.
6.   Memungkinkan kita mengelompokkan konsep dan membantu kita dalam membandingkannya.
7.   Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

            Kaitannya peta pikiran dengan pembelajaran matematika, yaitu dalam mengingat informasi yang diterima ataupun belum dan mengungkapkan informasi tersebut dalam bentuk tulisan. Dalam prakteknya secara garis besar diawali dengan aktivitas membaca dan mencari data berkaitan dengan materi ajar yang disampaikan serta diberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) juga untuk membantu keberlangsungan proses pembelajaran. Kemudian semua siswa membuat peta pikiran dari hasil membacanya itu. Karena dalam pembelajaran juga menuntut siswa untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, maka dalam proses pencarian informasi siswa boleh bertanya atau berdiskusi dengan siswa yang lain. Selain itu pembelajaran model peta pikiran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa, karena sintak model peta pikiran ini, yaitu menyampaikan  informasi kompetensi atau tujuan pembelajaran, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok 2-3 orang untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
            Menurut Riyanto (2010: 275-276) mengungkapkan tentang Tipe Mind Mapping (MM) atau Concept Mapping (CM) bahwa,
Tipe Mind Mapping (MM) atau Concept Mapping (CM) ini dimaksudkan agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai pengalaman belajarnya. Tipe ini cocok bahkan sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Kemudian langkah-langkah tipe Mind Mapping (MM) tersebut yaitu:
1.    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.    Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama atau major concept yang akan ditanggapi oleh siswa, sebaiknya konsep/permasalahan tersebut mempunyai sub konsep atau alternatif jawaban.
3.    Membentuk kelompok diskusi yang anggotanya 2-3 orang.
4.    Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat subkonsep atau alternatif jawaban hasil diskusi.
5.    Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6.    Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
      
Menurut Buzan (2008: 14) mengemukakan bahwa, “... mind map begitu mudah dan alami, bahan-bahan untuk resep mind map sangatlah sedikit”. Berikut alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat mind map, yaitu sebagai berikut.
1.    Kertas kosong tak bergaris
2.    Pena dan pensil warna
3.    Otak
4.    Imajinasi
Buzan (2008: 15) mengatakan bahwa,
Ada tujuh langkah dalam membuat mind mapping (peta pikiran), yaitu sebagai berikut.
1.    Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang panjang sisinya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2.    Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
3.    Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind mapping lebih hidup, dan menyenangkan.
4.    Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke cabang tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
5.    Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.
6.    Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping.

7.    Gunakan gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa? Karena seperti halnya gambar sentral akan memberikan makna seribu kata.

No comments:

Post a Comment