Peta pikiran merupakan
contoh sangat baik tentang pendayagunaan teknik yang bisa membantu kita
memahami konsep-konsep dan menghafalkan informasinya dengan suatu prasarana
belajar.
Buzan (2008: 4) mengemukakan bahwa,
Peta
pikiran (mind mapping) adalah cara
termudah untuk menempatkan infomasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke
luar dari otak. Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.
Sedangkan
menurut De Porter (Fattah, 2010: 11), “Mind
mapping (peta pikiran) adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan
menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka model pembelajaran
peta pikiran dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan teknik
mencatat tingkat tinggi. Dimana melalui catatan siswa ini, siswa harus
mengasosiasikan antara satu topik/konsep dengan konsep lain.
Buzan
(Bachman, 2005: 76) mengemukakan bahwa,
Metode-metode
atau prinsip utama dari mind mapping (peta
pikiran) yaitu mulailah dengan satu tema atau konsep di antaranya dan sebarkan
pokok-pokok terkait dengan menghubungkan garis-garis di sekitar pusatnya,
kemudian gunakanlah imajinasi dan kata-kata kunci untuk dihubungkan dengan pokok-pokoknya
untuk membantu penghapalan.
Menggunakan dua prinsip tersebut, Buzan merancang satu pengaturan
informasi dan metodologi pemantapan yang mencerminkan teori-teori tentang
bagaimana otak kita memahami, mengkategorikan, dan menghapalkan rangkaian
informasi mana saja secara alamiah, karena dinamakan mind mapping. Secara harfiah merupakan pemetaan informasi yang
disimpan dalam pikiran.
Peta pikiran merupakan alat yang membantu otak berpikir secara
teratur. Semua peta pikiran mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna.
Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan
garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang
sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak.
Timbul suatu pertanyaan, mengapa peta pikiran adalah alat yang
penuh daya dan ramah? Peta pikiran melibatkan kedua sisi otak karena peta
pikiran menggunakan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan),
bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri). Peta pikiran
dapat mendorong pemikiran yang sinergis dan membantu otak membuat lompatan
pengertian dan imajinasi besar melalui asosiasi. Jika siswa hanya membuat
daftar sederhana tentang materi matematika yang dibahas, kemungkinan besar
siswa tidak akan menghasilkan jumlah ide yang sama banyak seperti siswa yang
membuat peta pikiran. Ini disebabkan karena informasi pada daftar, siswa tidak
mengaitkan materi secara logis atau teratur dan ini akan menghambat cara berpikir
sinergis siswa.
Buzan (Suherman 2008: 4) mengemukakan bahwa,
Otak
manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar
tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antara bagian (konsep, kata
kunci), tidak parsial terpisah atau sama lain dan tidak pula dalam bentuk
narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata
(konsep) Bajuri, maka akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti
gemuk, supir bajay, kocak, sederhana, atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun,
dan lain-lain dengan masing-masing karakternya
Khoo (Fattah, 2010: 12) mengungkapkan bahwa, “Prinsip yang
digunakan dalam peta pikiran (mind
mapping) sejalan dengan tujuh prinsip super
memory”, yaitu sebagai berikut.
1. Visualisasi
Visualisasi
adalah salah satu dari dua prinsip memori yang paling kuat. Otak kita berpikir
dalam bentuk gambar. Sehingga lebih mudah mengingat dalam bentuk gambar
dibandingkan dengan kata-kata. Jika semakin rinci dan hidup gambar itu dalam
otak maka semakin kuat pula daya ingat siswa. Jadi rahasianya adalah mengubah
materi pelajaran ke dalam gambar-gambar, supaya otak siswa dapat menyerap
konsep dengan sangat cepat.
2. Asosiasi
Asosiasi
mempunyai arti hubungan, maksudnya siswa membentuk hubungan antara satu topik
dengan topik lain. Sehingga hal ini akan menciptakan indeks berurutan dalam
otak untuk pemanggilan kembali dengan cepat.
3. Membuat sesuatu menjadi lebih berbeda
Analogi
untuk prinsip ini adalah ketika kita melakukan sesuatu yang berbeda dari
biasanya atau melakukan sesuatu hal yang sangat disenangi atau menyakitkan,
pasti kita akan senantiasa teringat terus. Dalam pembelajaran pun seharusnya
seperti itu, oleh karena melalui peta pikiran ini siswa dituntut untuk membuat
catatan yang beda dari yang lain sehingga materi pelajarannya dapat diingat
terus.
4. Imajinasi
Imajinasi
dalam pembelajaran dapat dipraktikan dengan cara membayangkan materi yang akan
disampaikan dan melalui pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan, siswa dapat
mengingatnya kembali. Dan biasanya kita pun suka mengingat sesuatu yang kita
buat berdasarkan imajinasi sendiri.
5. Warna
Berdasarkan
penelitian, warna dapat meningkatkan memori kita lebih dari 50%. Oleh karena
itu, jika dalam pembelajaran hal ini diterapkan akan sangat membantu siswa,
selain memori yang meningkat, pembelajaran pun akan lebih menyenangkan dan
dapat membuat catatan menjadi lebih menarik.
6. Irama
Irama atau
musik dalam pembelajaran sangat dibutuhkan, irama akan meningkatkan kemampuan
daya ingat siswa karena irama dapat mengaktifkan otak sebelah kanan, yang
selalu dominan dipakai pada saat belajar.
7. Holism
Holism berarti “seluruhnya”, pada
saat siswa belajar maka materi yang disampaikan jangan sampai terpisah-pisah,
melainkan harus seluruhnya, hal ini untuk memudahkan dalam memahami konsep.
Oleh karena itu, peta pikiran sangat cocok untuk diterapkan. Sebab peta pikiran
itu bersifat holistik, dapat melihat gambaran secara keseluruhan.
Berdasarkan prinsip di atas, peta pikiran ini identik dengan daya
ingat. Namun bukan berarti dalam setiap pembelajaran itu harus dihapal, apalagi
dalam pembelajaran matematika harus dihindari prinsip menghapal. Jadi,
maksudnya ketika konsep yang sudah dipelajai dapat dipahami, untuk membantu
daya ingat siswa agar tidak cepat lupa maka digunakanlah peta pikiran.
Setiap situasi belajar, khususnya dalam pembelajaran matematika,
ada beberapa variabel yang sama pada kesemuanya. Diantaranya adalah derajat
keberhasilan, waktu yang siswa miliki untuk belajar dan berlatih, jumlah waktu
yang siswa gunakan untuk belajar dan berlatih, dan tujuan yang melandasi semua
pembelajaran. Buzan (2008: 71) mengatakan bahwa, “Rumus kesuksesan dalam
pembelajaran yang erat kaitannya dengan peta pikiran (mind mapping) adalah TEFCAS atau Trial, Event, Feedback, Check, Adjust dan Success”. Penjelasannya
adalah sebagai berikut.
1. Trial atau percobaan
Dalam
setiap pembelajaran yang kita lakukan khususnya dalam matematika, tidak akan ada
yang terjadi jika tidak mencobanya terlebih dahulu. Kemajuan dalam pembelajaran
matematika ditandai dengan berbagai percobaan yang dilakukan. Dalam hal ini
siswa akan dituntut untuk mencoba terus dalam membuat peta pikiran.
2. Event atau peristiwa
Tahapan
atau proses pembelajaran harus dilalui oleh setiap siswa. Hal ini akan
menunjang dalam keberhasilan, sebab jika satu kali tidak masuk atau tidak
mengikuti pembelajaran maka siswa tersebut akan tertinggal. Selain itu, jika
dalam pembelajaran siswa hanya bermalas-malasan, tidak mengikuti pembelajaran
sebagaimana mestinya, maka siswa itu pun akan tertinggal bahkan mengganggu
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Feedback atau umpan balik
Umpan balik
dalam kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan, hal ini akan membuat kelas
menjadi lebih interaktif. Umpan balik ini dapat dilakukan antar siswa atau
antara guru dengan siswa.
4. Check atau memeriksa
Ini akan
terjadi secara otomatis dan sadar, dan akan dilakukan hubungannya dengan tujuan
belajar siswa. Setiap siswa pasti akan secara otomatis memeriksa pelajaran yang
akan dipelajari atau yang sudah dipelajari. Khususnya dalam hal catatan atau
tugas yang diberikan guru.
5. Adjust atau menyesuaikan diri
Proses
pembelajaran yang baik yaitu membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapainya. Oleh karena itu,
siswa harus bisa menyesuaikan diri dengan kompetensi yang diinginkan. Dan jika
ada yang kurang bagus, dapat dilakukan penyelarasan yang tepat untuk percobaan
selanjutnya.
6. Success atau berhasil
Apapun yang
siswa lakukan, tujuan otak siswa adalah berhasil dan sukses melakukannya.
Walaupun kesalahan atau kegagalan yang sering terjadi, jangan sampai membuat
aktivitas pembelajaran menjadi terhambat. Kesalahan yang tejadi harus dijadikan
sebagai pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya, sampai siswa berhasil.
Peta pikiran merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan
lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan
tradisional.
Pada pembelajaran khususnya matematika, peta pikiran ini dapat
membantu kita untuk:
1. merencanakan atau merangkai materi ajar yang akan kita bahas saat
pembelajaran;
2. berkomunikasi/berdiskusi dan mempresentasikan materi;
3. menghemat waktu;
4. menyelesaikan masalah, dalam hal ini berkaitan dengan
menyelesaikan soal-soal matematika;
5. mengingat dengan lebih baik;
6. belajar lebih cepat dan efisien.
Michalko (Buzan, 2008: 6) mengatakan bahwa,
Mind mapping,
dapat memberikan banyak pengaruh, diantaranya sebagai berikut.
1. Mengaktifkan
seluruh otak.
2. Membereskan
akal dari kekusutan mental.
3. Memungkinkan
kita berfokus pada pokok bahasan.
4. Membantu
menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah.
5. Memberi
gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian.
6. Memungkinkan
kita mengelompokkan konsep dan membantu kita dalam membandingkannya.
7. Mensyaratkan
kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan
informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
Kaitannya peta pikiran dengan pembelajaran matematika, yaitu dalam
mengingat informasi yang diterima ataupun belum dan mengungkapkan informasi
tersebut dalam bentuk tulisan. Dalam prakteknya secara garis besar diawali
dengan aktivitas membaca dan mencari data berkaitan dengan materi ajar yang
disampaikan serta diberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) juga untuk membantu
keberlangsungan proses pembelajaran. Kemudian semua siswa membuat peta pikiran
dari hasil membacanya itu. Karena dalam pembelajaran juga menuntut siswa untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, maka dalam proses pencarian
informasi siswa boleh bertanya atau berdiskusi dengan siswa yang lain. Selain itu pembelajaran
model peta pikiran
ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa, karena sintak model peta pikiran ini, yaitu
menyampaikan informasi kompetensi atau tujuan pembelajaran, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok 2-3 orang untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif
jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil
setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
Menurut Riyanto (2010: 275-276) mengungkapkan tentang Tipe Mind Mapping (MM) atau Concept Mapping (CM) bahwa,
Tipe
Mind Mapping (MM) atau Concept Mapping (CM) ini dimaksudkan
agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang sudah dimiliki
dan memperoleh pengetahuan baru sesuai pengalaman belajarnya. Tipe ini cocok bahkan
sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Kemudian langkah-langkah tipe Mind Mapping (MM) tersebut yaitu:
1. Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru
mengemukakan konsep/permasalahan utama atau major
concept yang akan ditanggapi oleh siswa, sebaiknya konsep/permasalahan
tersebut mempunyai sub konsep atau alternatif jawaban.
3. Membentuk
kelompok diskusi yang anggotanya 2-3 orang.
4. Tiap
kelompok menginventarisasi/mencatat subkonsep atau alternatif jawaban hasil
diskusi.
5. Tiap
kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6. Dari
data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan
sesuai konsep yang disediakan guru.
Menurut
Buzan (2008: 14) mengemukakan bahwa, “... mind
map begitu mudah dan alami, bahan-bahan untuk resep mind map sangatlah sedikit”. Berikut alat dan bahan yang harus
dipersiapkan untuk membuat mind map, yaitu
sebagai berikut.
1. Kertas kosong tak bergaris
2. Pena dan pensil warna
3. Otak
4. Imajinasi
Buzan (2008:
15) mengatakan bahwa,
Ada tujuh langkah dalam membuat mind mapping (peta pikiran), yaitu
sebagai berikut.
1. Mulailah
dari bagian tengah kertas kosong yang panjang sisinya diletakkan mendatar. Mengapa?
Karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala
arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2. Gunakan
gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna
seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan
lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan
mengaktifkan otak kita.
3. Gunakan
warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna
membuat mind mapping lebih hidup, dan
menyenangkan.
4. Hubungkan
cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan
tiga ke cabang tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak
bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal
sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah
mengerti dan mengingat.
5. Buatlah
garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus
akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti
cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.
6. Gunakan
satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal
memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping.
7. Gunakan
gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa? Karena seperti halnya gambar sentral
akan memberikan makna seribu kata.
No comments:
Post a Comment