Penalaran
Matematika
Salah satu
tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan penalaran. Menurut
Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006 : 3) matematika lebih menekankan kegiatan
dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau
hasil observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang
berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran. Pada tahap awal matematika
terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian
pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan
penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep
matematika.
Menurut Suriasumantri (1999 : 42) penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Menurut Fadjar
Shadiq (dalam Wardhani, 2008 : 11) penalaran adalah suatu proses atau suatu
aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam
rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Materi
matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran
dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika. Jadi pola pikir yang
dikembangkan matematika seperti yang dijelaskan di atas memang membutuhkan dan
melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif.
Penalaran
berasal dari kata nalar yang mempunyai arti pertimbangan tentang baik buruk,
kekuatan pikir atau aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis.
Sedangkan penalaran yaitu cara menggunakan nalar atau proses mental dalam dalam
mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Istilah penalaran
sebagai terjemah dari bahasa Inggris reasoning menurut
kamus The Random House Dictionary berarti
the act or process of a person who reasons (kegiatan
atau proses seseorang yang
berpikir).
Sedangkan reason berarti the
mental powers concerned with forming conclusions, judgements or inference (kekuatan
mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian). Menurut
Fadjar Shodiq, penalaran adalah suatu kegiatan berpikir khusus, dimana terjadi
suatu penarikan kesimpulan, dimana pernyataan disimpulkan dari beberapa premis.7
Matematika dan proses penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.
Matematika
dapat dipahami melalui proses penalaran, dan penalaran dapat dilatih melalui
belajar matematika. Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007) istilah penalaran
mengandung tiga pengertian, di antaranya:
1)
Cara (hal) menggunakan nalar, pemikir atau cara berpikir logis.
2)
Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan
perasaan atau pengalaman.
3)
Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran
dari
beberapa fakta atau prinsip.
Dalam
ilmu kognitif menjelaskan bidang penelitian psikologi yang mengurusi proses
kognitif seperti perasaan, pengingatan, penalaran, pemutusan dan pemecahan
masalah. Dengan demikian, kemampuan penalaran termasuk dalam belajar kognitif.
Para ahli jiwa
dari
aliran kognitif berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam
situasi itu dan memperoleh insight untuk
pemecahan masalah. Pada tahap berpikir
operasional formal (11-15 tahun) yang disampaikan oleh Piaget bahwa struktur kognitif
menjadi matang secara kualitas dan anak akan mulai menerapkan operasi secara
konkret untuk semua masalah yang dihadapi di dalam kelas. Berdasarkan ranah
kognitif yang diungkapkan oleh Benyamin S. Bloom yaitu ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak), terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Selama proses berpikir analisis, kemampuan penalaran di sini
sangat diperlukan. Sebelum kegiatan analisis dilakukan, maka seseorang harus
mampu mengajukan dugaan. Dengan demikian, kemampuan mengajukan dugaan merupakan
salah satu indikator dari kemampuan penalaran. Kemampuan penalaran juga sangat
diperlukan dalam memahami suatu konsep materi pokok. Tanpa adanya kemampuan penalaran,
maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
b.
Jenis Penalaran
Dalam
proses pembelajaran tertumpu pada dua macam penalaran, yaitu penalaran induktif
dan penalaran deduktif.
1)
Penalaran induktif
Penalaran
induktif yaitu suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau
membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) berdasarkan pada
beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar.14 Pembelajaran
diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau
generalisasi. Dalam kompetensi dasar tentang menentukan himpunan bagian, salah
satu indikator keberhasilannya adalah menentukan himpunan bagian dan menentukan
banyak himpunan bagian suatu himpunan. Dalam menentukan banyak himpunan bagian
suatu himpunan, peserta didik dikenalkan rumus tentang banyaknya himpunan
bagian suatu himpunan yang dikaitkan dengan banyaknya anggota dari himpunan
itu. Rumus itu dapat ditemukan sendiri oleh peserta didik dengan penalaran
induktif.
2)
Penalaran deduktif
Penalaran
deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya. Jacobs menyatakan bahwa penalaran deduktif
adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang
dianggap benar dengan menggunakan logika. Jadi
proses pembuktian secara deduktif akan melibatkan teori atau rumus matematika
lainnya yang sebelumnya sudah dibuktikan kebenarannya secara deduktif juga.
Peserta didik sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam
pembelajaran dengan pendekatan deduktif. Hal ini disebabkan peserta didik baru memahami
konsep atau generalisasi setelah disajikan berbagai contoh.
c.
Indikator Penalaran Matematika
Indikator-indikator
yang menunjukkan kemampuan penalaran matematika antara lain:
1)
Mengajukan dugaan.
2)
Melakukan manipulasi matematika.
3)
Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberi alasan terhadap kebenaran solusi.
4)
Menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
5)
Memeriksa kesahihan suatu argumen.
6)
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Sedangkan
dalam Asep Jihad dijelaskan beberapa indikator dalam penalaran matematika yaitu:
1)
Menarik kesimpulan logis.
2)
Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifatsifat, dan
hubungan.
3)
Memperkirakan jawaban dan proses solusi.
4)
Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika.
5)
Menyusun dan menguji konjektur.
12
6)
Merumuskan lawan contoh (counter examples).
7)
Mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argumen.
8)
Menyusun argumen yang valid.
9)
Menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi matematika.
Indikator-indikator
kemampuan penalaran tersebut sangat diperlukan dalam mempelajari materi pokok
himpunan. Misalnya dalam pembuktian sifat-sifat operasi himpunan, peserta didik
dapat menemukannya dengan pembuktian secara langsung dari contohcontoh soal
yang ada. Selain itu kemampuan mengajukan dugaan dan melakukan manipulasi
matematika juga sangat diperlukan untuk dapat melakukan operasi-operasi pada
himpunan baik operasi irisan, gabungan, selisih, maupun komplemen. Dengan
demikian, kemampuan penalaran sangat diperlukan dalam mempelajari materi pokok
himpunan.
No comments:
Post a Comment