Masalah dalam matematika adalah persoalan yang tidak rutin, artinya cara
metode solusinya belum diketahui. Jadi pemecahan masalah adalah mencari cara
metode melalui kegiatan mengamati, memahami, mencoba, menduga, menemukan dan
meninjau kembali.
Suatu masalah biasanya memuat suatu yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung seseorang dapat
menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak
tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Jadi masalah merupakan hal yang
sangat relatif. Ruseffendi (1988: 169) menyatakan bahwa, “Sesuatu itu merupakan
masalah bagi seseorang bila sesuatu itu: baru, sesuai dengan kondisi yang
memecahkan masalah (tahap perkembangan mentalnya) dan ia memiliki pengetahuan
prasyarat”.
Masalah matematika bagi siswa adalah soal matematika. Menurut Polya (dalam Suherman, 1992: 253), “Soal matematika tidak akan menjadi masalah bagi seorang siswa, jika siswa itu: (1) mempunyai kemampuan dalam menyelesaikannya, ditinjau dari segi kematangan mental dan ilmunya; (2) berkeinginan untuk menyelesaikannya”.
Menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1988: 335) menyatakan bahwa, “Pemecahan
masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks
dibandingkan dengan tipe belajar lainnya”. Pentingnya kemampuan pemecahan
masalah pada siswa, khususnya dalam matematika, terlihat dalam pernyataan
Branca (dalam Sulastri, 2005: 9) yang menyatakan bahwa:
1. kemampuan pemecahan masalah adalah tujuan umum dari
pembelajaran matematika;
2. pemecahan masalah meliputi metode, prosedur dan
strategi yang merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika;
3. pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam
pembelajaran matematika.
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah,
seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai
masalah.Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa, anak yang diberi banyak
latihan pemecahan masalah, memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan
masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun
penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini, aspek-aspek
kemampuan matematika seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin,
penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematik dan lain-lain dapat
dikembangkan secara lebih baik. Aktivitas mental yang dapat dijangkau dalam
pemecahan masalah antara lain adalah mengingat, mengenal, menjelaskan,
membedakan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Pada mata pelajaran matematika, pemecahan masalah
dapat berupa soal tidak rutin atau soal cerita, yaitu soal untuk prosedur yang
benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam.Oleh karena itu, pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis dan sistematis. Hal
serupa dikemukakan oleh Muhsetyo, dkk (2007: 126) dalam bukunya yang menyatakan
bahwa, “Manfaat dari pengalaman memecahkan masalah, antara lain adalah peserta
didik menjadi: (1) kreatif dalam berfikir; (2) kritis dalam menganalisa data,
fakta dan informasi; (3) mandiri dalam bertindak dan bekerja”. Selain itu
dengan pemecahan masalah akan menumbuhkan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran
matematika, sehingga suasana pembelajaran akan lebih meningkatkan kemampuan
siswa. Seperti apa yang dikatakan Ruseffendi (1984: 238) bahwa, “Dalam
pembelajaran matematika salah satu kegiatan yang dapat memupuk dan
mengembangkan sikap kreatif adalah pemecahan masalah”. Dalam pemecahan masalah,
siswa dituntut memiliki kemampuan menciptakan gagasan-gagasan atau cara-cara
baru berkenaan dengan permasalahan yang dihadapinya.Oleh karena itu, siswa
memiliki kesempatan yang sangat terbuka untuk mengembangkan serta meningkatkan
kemampuan berpikir melalui penyelesaian masalah-masalah yang bervariasi.
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, guru juga
memiliki peran yang sangat penting. Menurut Ruseffendi (1989: 538), tugas guru
dalam membantu siswa menyelesaikan pemecahan masalah adalah:
1.
guru harus
mengetahui bahwa anak perkembangan mentalnya telah cukup dan telah memiliki
cukup pengetahuan prasyarat untuk menyelesaikan soal tersebut, agar siswa tidak
buntu berpikir karena masalah lain (bahasa dan matematika sukar);
2.
siswa harus
mengerti soal tersebut;
3.
siswa harus
mengerti apa yang harus dicapai;
4.
siswa supaya
mencoba-coba mencari jawaban (membuat strategi), misalnya: menerka dan
mengeceknya, menyederhanakan soal, menggunakan diagram/rumus/tabel, bekerja
mundur, menggunakan kalkulator, dan lain-lain;
5.
membantu siswa
mencari cara penyelesaian soal;
6.
mengawasi
siswa menyelesaikan soal;
7.
memperhatikan
siswa dalam meninjau kembali jawaban, cara, penyelesaian, dan lain-lain, yang
telah dilakukan untuk mencari cara yang lebih baik, menghindarkan kekeliruan,
dan lain-lain;
8.
guru harus
berusaha agar pada diri siswa itu selalu ada keinginan (sebagai prasyarat), ada
ketabahan menghadapinya, dan tidak ada keraguan tentang kebenaran jawaban yang
diperolehnya.
Menurut Suherman (2008: 7) menyatakan bahwa,
“Indikator pemecahan masalah meliputi: mengamati; mengidentifikasi; memahami;
merencanakan; menduga; menganalisis; mencoba; menginterprestasi; menemukan;
menggeneralisasi; meninjau kembali. Sedangkan menurut Polya (dalam Tim MKPBM, 2003:
91) menyatakan bahwa, “Solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase
penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah dikerjakan”. Senada dengan pendapat Polya (dalam Sulastri, 2005:
10), proses yang dilakukan setiap langkah pemecahan masalah ini dikemukakan
melalui beberapa pernyataan sebagai berikut.
1.
Memahami Masalah
a.
Apa yang tidak
diketahui atau apa yang ditanyakan?
b.
Data apa yang
diberikan?
c.
Bagaimana kondisi soal?
d.
Buatlah gambar atau
tulislah notasi yang sesuai!
2.
Membuat Rencana
Penyelesaian
a.
Perhatikan yang
ditanyakan!
b.
Jika soal serupa,
dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah sekarang?
c.
Andaikan soal yang baru
belum dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa untuk menyelesaikan soal
baru!
3.
Melakukan Perhitungan
a.
Laksanakan rencana
pemecahan!
b.
Periksalah tiap
langkah, apakah perhitungannya sudah benar?
c.
Apakah siswa dapat
membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar?
4.
Memeriksa Kembali Hasil
yang Diperoleh
a.
Apakah siswa dapat
memeriksa hasilnya ?
b.
Apakah siswa dapat
memeriksa alasannya ?
c.
Apakah para siswa dapat
memperoleh hasil yang berbeda?
d.
Apakah siswa dapat
menggunakan hasil atau metode untuk masalah yang lainnya?
Empat tahap
pemecahan masalah dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat
penting untuk dikembangkan. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah matematika adalah melalui penyediaan pengalaman
pemecahan masalah yang memerlukan strategi berbeda-beda dari satu masalah ke
masalah lainnya.
Adapun pedoman penskoran sebagai barikut.
Pedoman
Penskoran Pemecahan Masalah
(dalam Wahyuni, 2009: 52)
Skor
|
Memehami masalah
|
Membuat rencana
pemecahan asalah
|
Melakukan perhitungan
|
Memeriksa kembali
|
0
1
2
3
4
|
Salah
menginterpretasikan/ salah sama sekali
Salah
menginterpretasikan sebagian soal, megabaikan kondisi soal
Memahami masalah soal
selengkapnya
|
Tidak ada rencana,
membuat rencana yang tidak relevan
Membuat rencana
pemecahan yang tidak dilaksanakan
Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam hasil / tidak ada hasil
Membuat rencana yang benar, tetapi belum
lengkap
Membuat rencana sesuai
dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar
|
Tidak melakukan
perhitungan
Melaksanakan prosedur
yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tetapi salah
perhitungan
Melakukan proses
perhitungan benar dan mendapatkan hasil yang benar
|
Tidak ada pemecahan atau
tidak ada keterangan lain
Ada pemeriksaan tapi
tidak tuntas
Pemeriksaan dilakukan
untuk melihat kebenaran proses
|
Skor maksimal 2
|
Skor maksimal 4
|
Skor maksimal 2
|
Skor maksimal 2
|
No comments:
Post a Comment