Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta
didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara
untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila
siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan
dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai
dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi
maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta
tata kehidupan masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang
maksimal untuk mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa
dilakukan dengan baik apabila didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi. Dalam kerangka inilah peranan guru di tengah-tengah dunia
pendidikan menjadi sangat penting.
Guru sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai Agent
of Culture, juga berfungsi selaku Agent
of change. Dengan demikian guru mempunyai tugas guna
melestarikan serta mentranformasikan nilai-nilai kultural kepada generasi muda,
serta memberikan perubahan terhadap nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih
baik dan berkualitas. Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi
pembelajaran (subject matter) terletak pada kemampuan mereka (pebelajar)
mengelola belajar (management of learning), kondisi belajar (condition
of learning), dan membangun struktur kognitifnya pada bangunan pengetahuan
awal (prior knowledge), serta mempresentasikannya secara benar. Pengelolaan
kegiatan pembelajaran dan kondisi belajar seseorang mempengaruhi proses
terbentuknya pengetahuan di dalam struktur kognitif peserta didik. Kondisi
belajar berkaitan dengan materi topik yang dipelajari (content), dan
pengelolaan belajar berhubungan dengan membangun pengetahuan.
Dewasa ini pengkajian dan pengembangan model serta implementasi
pendekatan pembelajaran telah banyak dilakukan. Hal ini bertujuan guna
mengungkapkan indikator yang paling dominan dalam mempengaruhi cara belajar
siswa lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu upaya
tersebut dengan menggabungkan pendekatan pemecahan masalah (technological
approach), dan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah
merupakan pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan
ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model Student
Facilitator and Explaining (bermain peran) dilakukan dengan cara
penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan
yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan
siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati.
Model ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh
karenanya, model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan
dan rasa senang dalam belajar siswa.
2. Prinsip Model Student Facilitator and
Explaining
Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik.
Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21) dalam Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam keadaan riang. (Prasetyo, 2001:15)
Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21) dalam Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak , ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam keadaan riang. (Prasetyo, 2001:15)
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model
pembeljaran kooperatif Student Facilitator and Explaining.
Tiga tujuan Pembelajaran Kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:
1. Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik
pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi
siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang
mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa
kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan
sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide
yang terdapat di dalam materi tertentu.
2. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah
penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan maupun ketidakmampuan.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting Ketiga dari Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat
meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan
menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal
sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan
kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan
hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan
seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Student Facilitator and Explaining
Kelebihan
:
·
Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi
berpikir kritis siswa secara optimal.
·
Melatih siswa aktif, kreatif, dan menghadapi setiap
permasalahan.
·
Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan,
dan menghargai pendapat orang lain.
·
Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.
·
Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling
bertukar pendapat secara objektif, rasional, guna menemukan suatu kebenaran
dalam kerja sama anggota kelompok.
·
Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat
siswa secara terbuka.
·
Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam
menghadapi setiap masalah.
·
Melatih kepemimpinan siswa.
·
Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling
bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman mereka.
Kelemahan:
·
Timbulnya rasa yang kurang sehat antar siswa satu
dengan yang lainnya.
·
Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan
bagian pekerjaan pada teman yang pintar.
·
Penilaian individu sulit, karena tersembunyi dibalik
kelompoknya.
·
Memerlukan persiapan yang agak rumit dibandingkan
dengan model lain.
·
Apabila terjadi persaingan yang tidak sehat, maka
pekerjaan akan memburuk.
·
Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk
tetap pasif dalam kelompoknya dan kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya,
sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal.
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Studnt
Facilitator and Explaining
Disarankan saat guru menerapkan model SFAE, perlu diperhatikan kemampuan
siswa, sebab model ini menuntut siswa yang dapat membaca, bertanggung jawab,
memiliki kemampuan individu untuk menjadi fasilitator dan membelajarkan siswa.
Guru disarankan juga menggunakan variasi model pembelajaran sehingga siswa tidak
jenuh dan hasil belajar dapat meningkat.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining :
·Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
·Guru mendemonstrasikan / menyajikan garis besar materi pembelajaran.
·Memberikan kesempatan siswa / peserta untuk menjelaskan kepada peserta
lainnya baik melalui bagan / peta konsep maupun yang lainnya. Hal ini dilakukan
secara bergiliran.
·Guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa.
·Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
·Evaluasi.
mas boleh tau referensi SFAE nya???????
ReplyDelete