Sunday, April 13, 2014

Model IMPROVE Learning



Model IMPROVE learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Mevarech dan Kmarski (Kartikasari, 2011: 34) yang didasarkan pada teori kognisi dan metakognisi sosial dalam kelas yang heterogen. Menurut Jihad (Kartikasari, 2011: 34), “Terdapat tiga komponen utama yang interdepeden (saling berkaitan) dalam model pembelajaran ini yaitu aktivitas metakognitif, interaksi dengan teman sebaya dan kegiatan yang sistematik dari umpan balik-perbaikan-pengayaan”.
IMPROVE merupakan suatu akronim dari Introducing the new concept, Metakognitife questioning, Practicing, Review dan reducing difficulties, Obtaining mastery, Verification and Enrichment (Kartikasari, 2011: 34). Setiap kata dalam akronim tersebut mencerminkan aktivitas siswa dalam model IMPROVE, yaitu: siswa dikenalkan pada konsep baru, memanfaatkan pertanyaan metakognitif dalam aktivitas belajar siswa, siswa diberi kesempatan melatih kemampuan mereka dalam memecahkan masalah matematik, siswa melakukan aktivitas mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari dan diarahkan untuk menemukan kesulitan apa yang telah mereka temukan ketika belajar matematika, siswa diarahkan untuk memperoleh pengetahuan terhadap konsep yang baru serta keterampilan dalam memecahkan masalah matematik, siswa diberi kesempatan memverifikasi tentang kebenaran pemahaman mereka serta solusi mereka dalam memecahkan masalah matematik sehingga dapat memperkaya pengetahuan mereka.
Untuk lebih jelas dipaparkan di bawah ini.
1.    Menghantarkan konsep-konsep baru (Introducing the new concept)
Pada tahap ini guru menghantarkan konsep-konsep baru dengan melontarkan berbagai pertanyaan yang membuat siswa terlibat secara aktif dalam menentukan konsep baru. Guru membimbing siswa untuk memahami konsep tanpa memberikan bentuk akhir begitu saja sehingga siswa tersebut akan mengerti konsep tersebut lebih lama dan dapat menggunakan konsep tersebut dalam konteks lain. Teori Gestalt (Kartikasari, 2011: 34) mengemukakan bahwa, ”Dalam menyajikan pelajaran guru jangan memberikan konsep yang harus diterima begitu saja, melainkan harus mementingkan pemahaman terhadap proses terbentuknya konsep tersebut”.
2.    Pertanyaan metakognitife (Metakognitif questioning)
Pertanyaan metakognitif dalam model IMPROVE menurut Kramarski dan Mevarech (Kartikasari, 2011: 35) terbatas berupa pertanyaan pada diri sendiri (questioning self). Menurut Kramarski (Kartikasari, 2011: 35) pertanyaan metakognitif ini sebagai berikut.
a.    Pertanyaan pemahaman masalah: pertanyaan yang mendorong siswa membaca soal, menggambarkan konsepnya dengan kata-kata sendiri dan mencoba memahami makna konsepnya
b.    Pertanyaan strategi: pertanyaan yag di desain untuk mendorong siswa agar mempertimbangkan strategi yang cocok untuk memecahkan masalah yang diberikan dan memberikan alasan.
c.    Pertanyaan koneksi: pertanyaan yang mendorong siswa untuk melihat persamaan dan perbedaan suatu konsep permasalahan.
d.   Pertanyaan refleksi: pertanyaan yang mendorong siswa memfokuskan pada proses penyelesaian dan bertanya kepada diri sendiri.

Bentuk kesadaran dan control terhadap aktivitas berfikir yang dibangun melalui aktivitas mempertanyakan pada diri sendiri dalam pembelajaran matematika menggunakan model IMPROVE learning menurut (Kartikasari, 2011: 36) terfokus pada hal-hal sebagai berikut:
1.    Pemahaman Masalah
2.    Mengembangkan hubungan antara pengetahuan yang lalu dan sekarang
3.    Menggunakan strategi penyelesaian masalah matematis yang tepat.
4.    Memfokuskan proses dalam solusi

Dalam kaitannya dengan pemahaman siswa, king, Maverech dan Kramarski (Kartikasari, 2011: 36) mengemukakan bahwa,
Menyusun interaksi kelompok melalui latihan metakognitif dapat mempertinggi pemahaman siswa terhadap tugas, kesadaran, dan keteraturan dirinya dalam mengaplikasikan strategi dan menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.

Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dalam membuat pertanyaan-pertanyaan metakognitif dan mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3.    Latihan (Practicing)
Guru memberikan latihan kepada siswa berupa soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan yang dapat menumbuhkan kemampuan metakognitif, yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan materi dan mangasah kognitif mereka.
4.    Mereview dan mereduksi kesulitan (review and reducing difficulties)
Guru melakukan review terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi matematika dan memecahkan soal-soal matematik melalui diskusi kelas, selanjutnya guru memberikan solusi untuk menekan kesulitan yang muncul.
5.    Penguasaan materi (Obtaining mastery)
Guru memberikan tes untuk mengetahui penguasaan materi siswa. Dengan melihat hasil tes tersebut guru bisa mengukur penguasaan materi siswa baik secara individu maupun secara keseluruhan. Tes yang akan diberikan sesuai dengan materi yang dipelajari siswa.
6.    Melakukan Verifikasi (Verification)
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi siswa mana yang sudah menguasai materi dan siswa mana yang belum menguasai materi dengan melihat hasil tes yang mereka ikuti.

7.    Pengayaan (Enrichmen)
Hasil tes memberikan gambaran tentang siswa yang sudah menguasai materi dan yang belum, untuk siswa yang sudah menguasai materi mereka diberi pengayaan dan yang belum menguasai materi diberikan remedial.
Dalam Penelitian ini siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang heterogen dilihat dari kemampuan siswa dengan kelompok yang berjumlah dua orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan seluruh anggota kelompok memiliki kesempatan untuk membahas permasalahan yang dihadapi.
Lie (2005: 41) mengemukakan bahwa,
Belajar dalam kelompok yang heterogen biasa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Kelompok heterogen dapat memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung.
           
Selain itu dalam pembelajaran matematika menggunakan model IMPROVE, siswa diberi kesempatan belajar bersama teman sekelompoknya. Melalui aktivitas interaksi bersama teman sekelompoknya, Piaget (Kartikasari, 2011: 38) menjelaskan bahwa, “Peranan interaksi, siswa dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah diperoleh dan dibentuk oleh dirinya sendiri. Bersama teman sekelompoknya, siswa diarahkan untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal”.
Model pembelajaran IMPROVE menekankan pula pembelajaran pada sistem pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model IMPROVE, akan diberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang mampu memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan jalan mengkontruksinya sendiri. Selain itu, dalam pembelajaran ini siswa dapat leluasa berinteraksi dengan sesama temannya. Interaksi itu dapat mendorong mereka untuk berbagi pendapat dan memperkaya pengetahuannya.
Secara singkat tahapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model IMPROVE sebagai berikut.
1.    Guru mengantarkan konsep-konsep baru dengan menggunakan berbagai tipe pertanyaan metakognitif
2.    Siswa berlatih menjawab pertanyaan metakognitifnya dalam menyelesaikan masalah matematik.
3.    Guru mengadakan sesi umpan balik-perbaikan-pengayaan.

1 comment: