Model IMPROVE learning merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Mevarech dan Kmarski (Kartikasari, 2011: 34) yang
didasarkan pada teori kognisi dan metakognisi sosial dalam kelas yang heterogen.
Menurut Jihad (Kartikasari,
2011: 34),
“Terdapat tiga komponen utama yang interdepeden (saling berkaitan) dalam model
pembelajaran ini yaitu aktivitas metakognitif, interaksi dengan teman sebaya
dan kegiatan yang sistematik dari umpan balik-perbaikan-pengayaan”.
IMPROVE
merupakan suatu akronim dari Introducing
the new concept, Metakognitife
questioning, Practicing, Review dan reducing difficulties, Obtaining mastery, Verification and Enrichment
(Kartikasari,
2011: 34).
Setiap kata dalam akronim tersebut mencerminkan aktivitas siswa dalam model IMPROVE, yaitu: siswa dikenalkan pada
konsep baru, memanfaatkan pertanyaan metakognitif dalam aktivitas belajar
siswa, siswa diberi kesempatan melatih kemampuan mereka dalam memecahkan
masalah matematik, siswa melakukan aktivitas mengevaluasi apa yang telah mereka
pelajari dan diarahkan untuk menemukan kesulitan apa yang telah mereka temukan
ketika belajar matematika, siswa diarahkan untuk memperoleh pengetahuan
terhadap konsep yang baru serta keterampilan dalam memecahkan masalah
matematik, siswa diberi kesempatan memverifikasi tentang kebenaran pemahaman
mereka serta solusi mereka dalam memecahkan masalah matematik sehingga dapat
memperkaya pengetahuan mereka.
Untuk lebih jelas dipaparkan di bawah ini.
1. Menghantarkan
konsep-konsep baru (Introducing the new
concept)
Pada tahap ini guru
menghantarkan konsep-konsep baru dengan melontarkan berbagai pertanyaan yang
membuat siswa terlibat secara aktif dalam menentukan konsep baru. Guru
membimbing siswa untuk memahami konsep tanpa memberikan bentuk akhir begitu
saja sehingga siswa tersebut akan mengerti konsep tersebut lebih lama dan dapat
menggunakan konsep tersebut dalam konteks lain. Teori Gestalt (Kartikasari, 2011: 34) mengemukakan bahwa, ”Dalam menyajikan
pelajaran guru jangan memberikan konsep yang harus diterima begitu saja,
melainkan harus mementingkan pemahaman terhadap proses terbentuknya konsep
tersebut”.
2. Pertanyaan
metakognitife (Metakognitif questioning)
Pertanyaan metakognitif
dalam model IMPROVE menurut Kramarski
dan Mevarech (Kartikasari,
2011: 35)
terbatas berupa pertanyaan pada diri sendiri (questioning self). Menurut Kramarski (Kartikasari, 2011: 35) pertanyaan
metakognitif ini sebagai berikut.
a.
Pertanyaan
pemahaman masalah: pertanyaan yang
mendorong siswa membaca soal, menggambarkan konsepnya dengan kata-kata sendiri
dan mencoba memahami makna konsepnya
b.
Pertanyaan
strategi: pertanyaan yag di desain untuk mendorong siswa agar mempertimbangkan
strategi yang cocok untuk memecahkan masalah yang diberikan dan memberikan alasan.
c.
Pertanyaan
koneksi: pertanyaan yang mendorong siswa untuk melihat persamaan dan perbedaan
suatu konsep permasalahan.
d.
Pertanyaan
refleksi: pertanyaan yang mendorong siswa memfokuskan pada proses penyelesaian
dan bertanya kepada diri sendiri.
Bentuk kesadaran dan
control terhadap aktivitas berfikir yang dibangun melalui aktivitas
mempertanyakan pada diri sendiri dalam pembelajaran matematika menggunakan
model IMPROVE learning menurut (Kartikasari, 2011: 36) terfokus pada
hal-hal sebagai berikut:
1.
Pemahaman Masalah
2.
Mengembangkan hubungan antara
pengetahuan yang lalu dan sekarang
3.
Menggunakan strategi penyelesaian
masalah matematis yang tepat.
4.
Memfokuskan proses dalam solusi
Dalam kaitannya dengan
pemahaman siswa, king, Maverech dan Kramarski (Kartikasari, 2011: 36) mengemukakan
bahwa,
Menyusun interaksi kelompok melalui latihan
metakognitif dapat mempertinggi pemahaman siswa terhadap tugas, kesadaran, dan
keteraturan dirinya dalam mengaplikasikan strategi dan menghubungkan
pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Pada tahap ini guru berperan
sebagai fasilitator dalam membuat pertanyaan-pertanyaan metakognitif dan
mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3. Latihan
(Practicing)
Guru memberikan latihan
kepada siswa berupa soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan yang dapat menumbuhkan
kemampuan metakognitif, yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan materi dan
mangasah kognitif mereka.
4. Mereview
dan mereduksi kesulitan (review and
reducing difficulties)
Guru melakukan review
terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi matematika dan memecahkan
soal-soal matematik melalui diskusi kelas, selanjutnya guru memberikan solusi untuk menekan kesulitan yang
muncul.
5. Penguasaan
materi (Obtaining mastery)
Guru memberikan tes
untuk mengetahui penguasaan materi siswa. Dengan melihat hasil tes tersebut
guru bisa mengukur penguasaan materi siswa baik secara individu maupun secara
keseluruhan. Tes yang akan diberikan sesuai dengan materi yang dipelajari
siswa.
6. Melakukan
Verifikasi (Verification)
Langkah ini dilakukan
untuk mengidentifikasi siswa mana yang sudah menguasai materi dan siswa mana
yang belum menguasai materi dengan melihat hasil tes yang mereka ikuti.
7. Pengayaan
(Enrichmen)
Hasil tes memberikan
gambaran tentang siswa yang sudah menguasai materi dan yang belum, untuk siswa
yang sudah menguasai materi mereka diberi pengayaan dan yang belum menguasai
materi diberikan remedial.
Dalam Penelitian ini
siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang heterogen dilihat dari kemampuan
siswa dengan kelompok yang berjumlah dua orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan
seluruh anggota kelompok memiliki kesempatan untuk membahas permasalahan yang
dihadapi.
Lie (2005: 41)
mengemukakan bahwa,
Belajar dalam kelompok
yang heterogen biasa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar
belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Kelompok
heterogen dapat memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling
mendukung.
Selain itu dalam
pembelajaran matematika menggunakan model IMPROVE,
siswa diberi kesempatan belajar bersama teman sekelompoknya. Melalui aktivitas
interaksi bersama teman sekelompoknya, Piaget (Kartikasari, 2011: 38) menjelaskan
bahwa, “Peranan interaksi, siswa dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan
yang telah diperoleh dan dibentuk oleh dirinya sendiri. Bersama teman
sekelompoknya, siswa diarahkan untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal”.
Model pembelajaran IMPROVE menekankan pula pembelajaran
pada sistem
pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model IMPROVE, akan diberikan
pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang mampu memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh pengetahuan dengan jalan mengkontruksinya sendiri. Selain itu,
dalam pembelajaran ini siswa dapat leluasa berinteraksi dengan sesama temannya.
Interaksi itu dapat mendorong mereka untuk berbagi pendapat dan memperkaya
pengetahuannya.
Secara singkat tahapan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model IMPROVE sebagai berikut.
1. Guru
mengantarkan konsep-konsep baru dengan menggunakan berbagai tipe pertanyaan
metakognitif
2. Siswa
berlatih menjawab pertanyaan metakognitifnya dalam menyelesaikan masalah
matematik.
3. Guru
mengadakan sesi umpan balik-perbaikan-pengayaan.
Kelebihan dan kelemahan improving learning
ReplyDelete