Monday, July 22, 2013

Model Pembelajaran Make a Match

Menurut Rusman (2011: 223) bahwa, “Model Make a Match  (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif”. Model ini dikembangkan Lorna Curran (1994).
    
Penerapan model  ini dimulai dengan, siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
     Adapun langkah-langkah pembelajarannya, menurut Rusman (2011: 133)  sebagai berikut :
1.    guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban;
2.    setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang;
3.    siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban);
4.    siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;
5.    setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya;
6.    kesimpulan.

     Rusman (2011: 223) mengemukakan bahwa, “Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan”.  Selain itu juga, menurut Lie (2002: 55) bahwa, “Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik”.
     Menurut Suherman (Pratiwi, 2010: 11) mengemukakan bahwa,

     Adapun kelebihan model ini yaitu melatih siswa untuk teliti dalam hal        mengolah informasi/data yang diterima, sehingga pada akhirnya siswa             dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru dalam memecahkan   masalah matematika.


     Dalam model pembelajaran Make a Match, aktivitas siswa untuk berkomunikasi sangat diperlukan, karena antara siswa dengan siswa yang lain dapat tercipta suatu kerja sama dalam memecahkan masalah, sehingga siswa yang kurang mengerti bisa dibimbing oleh siswa yang mengerti dan paham dalam memecahkan masalah. Dengan demikian siswa yang kurang mengerti akan memahami bahan pelajaran yang diberikan karena telah diberi pengertian oleh siswa yang lebih dulu memahami bahan pelajaran.

No comments:

Post a Comment