Salah cara pembelajaran matematika
yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk memiliki kemampuan proses
matematika adalah kegiatan investigasi matematika yang selaras dengan pandangan
matematika yang cenderung inkuiri; matematika tersajikan secara relevan sesuai
dengan tahap berpikir anak; serta pembelajaran yang berangkat dari pengalaman dan
kebutuhan anak.
Istilah investigasi dalam pembelajaran matematika pertama kali dikemukakan oleh Committee of Inquiry into the Teaching of Mathematics in School dalam Cockroft Report tahun 1982 (Grimison dan Dawe, 2000 : 6). Dalam laporan tersebut direkomendasikan bahwa pembelajaran matematika dalam setiap jenjang pendidikan harus meliputi : (1) eksposisi guru; (2) diskusi; (3) kerja praktek; (4) latihan dan pemantapan kemampuan dasar; (5) pemecahan masalah,; serta (6) kegiatan investigasi.
Investigasi secara bahasa adalah
penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan,
percobaan, dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan
(KBBI online, 2008). Sementara investigasi matematika adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang dapat mendorong suatu aktivitas percobaan (experiment),
mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat
dan menguji kesimpulan/dugaan (conjecture) dan membuat suatu
generalisasi (Bastow, et.al., 1984).
Kegiatan investigasi matematika
memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
‘open ended; finding pattern; self-discovery; reducing the
teacher’s role; not helpful examination; not worthwwhile; not doing reaal math;
using one’s own methed; being exposed; limited to the teacher’s experience; not
being in control; divergen.’ (Edmmond & Knight, 1983, dalam Grimison
& Dawe, 2000 : 6)
Berdasarkan karakteristik tersebut
dapat disimpulkan bahwa kegiatan investigasi matematika lebih mendorong siswa
untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan proses matematiknya,
sementara guru berperan untuk memfasilitasi siswa agar dapat melakukan kegiatan
investigasi matematika dengan baik serta melakukan intervensi yang relevan dengan
situasi pembelajaran.
Selain investigasi matematika,
kegiatan yang memiliki beberapa kesamaan istilah adalah eksplorasi matematika.
Dalam beberapa hal, penggunaan kedua istilah ini sering digunakan secara
bergantian untuk menunjukkan aktivitas yang sama. Akan tetapi, Cifarelli dan
Cai (2004) mengemukakan perbedaannya. Menurut mereka, investigasi matematika
berkaitan dengan penggunaan strategi formal dalam aktivitas mencari solusi
masalah. Sedangkan eksplorasi matematika menunjukkan pada suatu aktivitas yang
berkaitan dengan penggunaan strategi formal dan tidak formal untuk mencari
suatu solusi masalah.
Sementara itu, Bastow, et.al. (1984)
merinci lebih jelas langkah-langkah kegiatan investigasi matematika, yaitu :
§
Menafsirkan/memahami
masalah (interpreting)
§
Eksplorasi secara
spontan (exploring spontaneously)
§
Pengajuan pertanyaan (posing
problem)
§
Eksplorasi secara
sistematis (exploring systematically)
§
Mengumpulkan data (gathering
and recording data)
§
Memeriksa pola (identifying
pattern)
§
Menguji dugaan (testing
conjecture)
§
Melakukan pencarian
secara informal (expressing finding informally)
§
Simbolisasi (symbolising)
§
Membuat generalisasi
formal (formalising generalitation)
§
Menjelaskan dan
mempertahankan kesimpulan (explaining and justifying)
§ Mengkomunikasikan
hasil temuan (communicating finding)
Dalam rincian aktivitas investigasi
matematika tersebut, terdapat aktivitas eksplorasi baik secara sistematis
maupun spontan, yang berarti kegiatan eksplorasi merupakan bagian dari
langkah-langkah kegiatan investigasi matematika. Oleh karena itu, perbedaan
kedua istilah tersebut tidaklah terlalu penting untuk dipermasalahkan. Yang
penting adalah bagaimana kedua aktivitas matematika tersebut dapat terwujud
dalam suatu aktivitas pembelajaran matematika.
Investigasi matematika juga sering
dibedakan dengan pemecahan masalah. Istilah investigasi matematika memang
banyak digunakan dalam kurikulum di Inggris berdasarkan Cockroft Report 1982
dan sering dibedakan dengan pemecahan masalah. Sementara dalam standar
pembelajaran yang dikembangkan oleh NCTM, kegiatan investigasi matematika tidak
banyak dibedakan dengan pemecahan masalah.
Grimison dan Dawe (2000 : 6)
membedakan antara investigasi matematika dan pemecahan masalah. Dalam kegiatan
pemecahan masalah, aktivitas berpikir siswa dalam menemukan solusi bersifat
konvergen sehingga dapat ditemukan solusi yang sudah ditetapkan oleh guru.
Sementara dalam kegiatan investigasi, yang memiliki karakter masalah yang
terbuka (open ended) menuntut aktivitas yang terbuka pula yang lebih
menitikberatkan pada pada proses berpikir daripada solusi. Walaupun pemecahan
masalah bersifat konvergen, tetapi siswa dituntut untuk menggunakan semua
pengetahuan yang ia meliki serta berbagai strategi pemecahan masalah. Sehingga
dimensi proses tetap tampak dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, dalam
suatu aktivitas pembelajaran matematika, investigasi matematika dan pemecahan
masalah dapat dilakukan secara terpadu.
Kegiatan investigasi dalam Cockroft
Report (1982) merupakan suatu kegiatan yang menunjukkan salah satu komponen
pembelajaran matematika. Istilah yang sering digunakan untuk dikaitkan dengan
investigasi matematika (mathematical investigation) adalah Investigation
Work atau Investigation Activity yang lebih menunjukkan pada
aktivitas siswa melaukan investigasi dibanding dengan investigasi sebagai
sebuah pendekatan pembelajaran.
Copes (2008) menulis buku dengan
judul Discovering Geometry : An Invesigation Approach yang menegaskan
bahwa investigasi matematika dapat dipandang sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran dibanding hanya sebagai aktivitas siswa semata. Melalui
pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi, siswa belajar dan
mengembangkan pengetahuan serta keterampilan proses matematikanya melalui
kegiatan investigasi yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika.
Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran
matematika yang menerapkan kegiatan investigasi matematika dapat dirancang
dengan berbagai strategi. Investigasi dapat dilakukan mulai dari awal
pembelajaran atau di akhir pembelajaran sebagai kegiatan suplemen. Jadi yang
penting adalah bagaimana kegiatan investigasi matematika dapat berjalan dengan
baik.
Karena pelaksanaan kegiatan
investigasi matematika di sekolah dasar bersifat terbimbing (guided
investigation) maka guru memiliki peran penting dalam memandu atau
memfasilitasi aktivitas investigasi siswa. Walaupun LAS yang disiapkan sudah
disiapkan untuk membantu kegiatan siswa, intervensi guru selama pembelajaran
sangat diperlukan seperti teknik schaffolding, yaitu menuntun siswa
secara bertahap melakukan investigasi tetapi dengan pendekatan tidak langsung (indirect
approach). Guru bisa merespon siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan (problem posing).
Guru diharapkan dapat mendorong siswa
untuk lebih aktif dalam kegiatan kelompok serta mendorong siswa untuk mampu
mengkomunikasikan ide-idenya dalam mencari solusi dalam kelompok. Guru juga
harus mampu mendorong siswa untuk menggunkan seluruh kemampuannya serta media
yang tersedia.
Penilaian Pembelajaran
Penilaian dilakukan berorientasi pada
produk dan proses. Penilaian produk dilakukan untuk mengukur kemampuan
matematika siswa baik keterampilan dasar, prosedural, maupuan proses
matematika. Sementara penilaian proses difokuskan untuk menilai aktivitas siswa
selama kegiatan investigasi matematika.
No comments:
Post a Comment