a.
Berfikir Kreatif
Berpikir
diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suatu aktivitas mental
yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan, Presseinsen
(Hartono, 2009). Ia juga mengemukakan bahwa proses berpikir terkait dengan
jenis perilaku lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hal penting dari
berpikir di samping pemikiran dapat pula berupa terbangunnya pengetahuan,
penalaran, dan proses yang lebih tinggi seperti mempertimbangkan. Sedangkan
dalam kaitannyadengan berpikir kreatif didefinisikan dengan cara pandang yang
berbeda antara lain Jonhson (dalam Siswono, 2004: 2) mengatakan bahwa berpikir
kreatif yang mengisyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian
melibatkan aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan pertanyaan,
mempertimbangkan informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya
dengan suatu pikiran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara
sesuatu yang serupa, mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas,
menerapkan imajinasi pada setiap situasi yang membangkitkan ide baru dan
berbeda, dan memperhatikan intuisi.
Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuain. Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004: 177) dijelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating).
Puccio dan
Mudock (Costa, ed., 2001), bahwa dalam berpikir kreatif memuat aspek
ketrampilan kognitif dan metakognitif antara lain mengidentifikasi masalah,
menyusun pertanyaan, mengidentifikasi data yang relevan dan tidak relevan,
produktif, mengahasilkan banyak ide, ide yang berbeda dan produk atau ide
yang baru dan memuat disposisi yaitu bersikap terbuka, berani mengambil posisi,
bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari
keseluruhan yang kompleks, memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis,
dan sikap sensitif terhadap perasaan orang lain.
Sabandar
(2008), bahwa berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir
yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa
situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin harus diselesaikan.
Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang
terkait dengan apa yang teridentifikasi.
Papu
dalam Sumarmo (2010) bahwa kreativitas memuat empat proses utama yaitu:
eksplorasi, menemukan, memilih, dan menerapkan.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah
aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah,
mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu
pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan dalam menyelesaikan
masalah tersebut.
Kemampuan
kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas. Seringkali, individu yang
dianggap kreatif adalah pemikir sintesis yang benar-benar baik yang membangun
koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari orang–orang lain secara
spontan. Suatu sikap kreatif adalah sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan
keterampilan berpikir kreatif Schank (dalam Sternberg, 2007). Berkenaan dengan
hal tersebut Sternberg mengemukakan bahwa dalam hal mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif ada beberapa strategi yang digunakan antara lain:
- Mendefinisikan kembali masalah
- Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi
- Menjual ide-ide kreatif
- Membangkitkan ide-ide
- Mengenali dua sisi pengetahuan
- Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
- Mengambil resiko-resiko dengan bijak
- Menoleransi ambiguitas (kemenduan)
- Membangun kecakapan diri
- Menemukan minat sejati
- Menunda kepuasan
- Membuat model kreativitas.
Dari
uraian di atas, beberapa strategi untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif antara lain: siswa diperlukan dengan membangkitkan ide-ide baru,
mendefinisikan kembali masalah, mengidentifikasi dan mengatasi masalah,
membangun kecakapan diri, minat belajar matematika dan membuat model
kreativitas. Pada bagaian berikut diuraikan beberapa strategi mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
(a)
Mendefinisikan kembali suatu masalah dapat diartikan mengatakan dengan cara
lain, mengubah pandangan, menyusun kembali, meninjau kembali dengan kata lain
mencari duduk permasalahan mulai dari awal. Contohnya guru mendorong siswa
untuk menemukan suatu pertanyaan yang berbeda dalam menanyakan masalah
matematika yang dihadapinya.
(b)
Mempertanyakan dan analisis asumsi-asumsi atau anggapan orang kreatif
mempertanyakan
asumsi-asumsi tersebut dan akhirnya mengakibatkan orang lain ikut
mempertanyakan juga. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari berpikir analitis
yang tercakup dalam kreativitas.
(c)
Kemampuan melahirkan ide-ide, menciptakan, menghasilkan, menemukan gagasan
kadang kala suatu gagasan datang pada saat yang tak terduga. Kadang kala juga
datang membutuhkan waktu panjang untuk mengembangkan suatu gagasan. Contohnya
guru dapat meminta kepada siswa membuat soal matematika dalam bentuk cerita.
(d)
Kemampuan membangun kecakapan diri yaitu percaya pada kemampuan sendiri,
menjamin pelaksanaan tugas, melakukan apa yang perlu untuk dilakukan, bekerja
dengan efektif. Contohnya guru dapat mendorong siswa meluangkan waktu untuk
memecahkan soal trigonometri yang cukup sulit.
(e) Kemampuan
mengenali minat sejati, dalam hal ini kemampuan tentang menemukan diri sendiri,
menemukan semangat diri, mengetahui apa yang yang perlu dilakukan dan kemana
harus melangkah. Contohnya guru mendorong siswa untuk memahami penggunaan
matematika dalam olah raga. Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukan bahwa
untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kreatif matematik siswa, guru perlu
memberikan beberapa strategi yang tepat kepada siswanya sehingga dapat
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.
Salah
satu strategi pengembangan kemampuan berpikir kreatif relevan dengan ide
berpikir kreatif matematik menggunakan model pembelajaran dimana guru dapat
memperagakan kreativitasnya dan guru tidak hanya menceramahi siswa tentang kreativitas
melainkan guru mendemonstrasikan berpikir kreatif dalam tindakan-tindakannya,
memberi peluang bagi para siswa untuk kreatif. Mengarahkan dengan contoh adalah
salah satu pengaruh lingkungan terkuat yang mungkin diciptakan oleh seorang
guru.
b. Ciri-Ciri Berpikir Kreatif
Ciri-ciri
kepribadian kreatif biasanya anak selalu ingin tahu, memilki minat yang luas,
dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif
biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani
mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada
umumnya. Munandar (1999: 36-37), bahwa peringkat dari 10 orang ciri-ciri
pribadi yang kreatif yang diperoleh dari pakar psikologi (30 orang) sebagai
berikut: imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam
berpikir, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, bersedia mengambil
resiko, berani dalam pendirian dan keyakinan. Bila dibandingkan dengan
peringkat ciri-ciri siswa yang paling diinginkan oleh guru sekolah dasar dan
sekolah menengah (102 orang) yakni: (1) penuh energi, (2) mempunyai
prakarsa, (3) percaya diri, (4) sopan, (5) rajin, (6) melaksanakn pekerajaan
pada waktunya, (7) sehat, (8) berani dalam berpendapat, (9) mempunyai ingatan
baik, (10) ulet. Dari ciri-ciri ini tidak tampak banyak kesamaan antara
ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut pakar psikologi dengan ciri-ciri yang
diinginkan oleh guru pada siswa.
Agar
kreativitas anak dapat terwujud dibutuhkan adanya dorongan dalam diri individu
(motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
Bagaimana meningkatkan kreativitas yang masih terpendam dalam diri siswa?
Selanjutnya Munandar (dalam Mulyana & Sabandar, 2005) mengatakan bahwa
ciri-ciri kemampuan yang berpikir kreatif yang berhungan dengan kognisi dapat
dilihat dari kemampuan berpikir lancar, ketrampilan berpikir luwes, ketrampilam
berpikir orisinal, ketrampilan elaborasi, dan ketrampilan menilai. Penjelasan
dari ciri-ciri yang berkaitan dengan ketrampilan-ketrampilan tersebut diuraikan
sebagai berikut.
1. Ciri-ciri ketrampilan kelancaran:
a) Mencetuskan banyak gagasan dalam
pemecahan masalah
b) Memberikan banyak jawaban dalam
menjawab suatu pertanyaan
c) Memberikan banyak cara atau saran
untuk melakukan berbagai hal.
d) Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak daripada anak-anak lain.
2. Ciri-ciri ketrampilan berpikir luwes
(fleksibel):
a) Menghasilkan gagasan penyelesaian
masalah atau jawaban suatuPertanyaan bervariasi.
b) Dapat melihat suatu msalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda.
c) Menyajikan suatu konsep dengan cara
yang berbeda-beda.
3. Ciri-ciri keterampilan orisinal
(keaslian):
a) Memberikan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan masalah atau jawaban yang lain dari yang sudah biasa dalam
menjawab suatu pertanyaan
b) Membuat kombinasi-kombinasi yang
tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4. Ciri-ciri ketrampilan Memperinci
(elaborasi):
a) Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
b) Menambahkan atau memperici suatu
gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut.
5. Ciri-ciri ketrampilan Menilai
(mengevaluasi):
a) Dapat menemukan kebenaran suatu
pertanyaan atau kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah.
b) Dapat mencetuskan gagasan
penyelesaian suatu masalah dan dapat melaksanakannya dengan benar.
c) Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
Sedangkan
Pomalato (dalam Mulyana & Sabandar, 2005) mengemukakan bahwa selain
ciri-ciri kreatif yang berhubungan dengan kreatif afektif dapat dihindari rasa
ingin tahu, bersifat imajinaf, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani
mengambil resiko, dan sifat menghargai.
Wankat
dan Oreovoc (dalam Wena, 2009: 138-139), bahwa untuk meningkatkan kreativitas
siswa dapat dilakukan dengan:
a) Mendorong siswa untuk kreatif (tell
student to be creative),
b) Mengajari siswa beberapa metode
untuk menjadi kreatif (teach student some creativitymethods), dan
c) Menerima ide-ide kreatif yang
dihasilkan siswa (accept the result of creative exercises).
Dalam
usaha mendorong agar siswa menjadi kreatif (tell student to be creative)
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain;
a) Mengembangkan beberapa pemecahan
masalah yang kreatif untuk suatu masalah,
b) Memberikan beberapa cara dalam
memecahkan suatu masalah, dan membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk
suatu masalah.
Dari
uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas
siswa perlu dilakukan beberapa hal antara lain: (1) mendorong siswa menjadi
kreatif dalam pemecahan masalah, (2) mengajari siswa dengan beberapa metode
untuk kreatif dalam pemecahan masalah, dan (3) menerima ide-ide kreatif yang
dihasilkan siswa. Dengan demikian kreativitas siswa dapat ditumbuhkembangkan
dalam berbagai cara dalam pemecahan masalah, dan peranan guru hanya memberikan
dorongan, motivasi dan memfasilitasi siswa dalam usaha peningkatan kemampuan
berpikir kreatif khususnya dalam pembelajaran matematika. Siswa juga dapat
menumbuhkan kepercayaan dirinya, kemandirian dalam belajar, berimajinasi,
berani mengambil resiko dalam menghadapi berbagai tantangan, serta bekerja
keras dalam mengatasi berbagai permasalah yang dihadapinya.
Torrance
(Filsaime, 2007) bahwaada empat karakteristik berpikir kreatif, sebagai sebuah
proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas dan
elaborasi. Keempat dari karakteristik berpikir kreatif tersebut
didefinisikan sebagai:
1. Orisinalitas
Kategori
orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan.
Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan
jarang terjadi. Berpikir tentang masa depan bisa juga memberikan stimulasi
ide-ide orisinal. Jenis pertanyaan- pertanyaan yang digunakan untuk menguji
kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang menarik dari
objek-objek umum. Misalnya: (1) desainlah sebuah computer impian masa depan.
(2) pikirkan berapa banyaknya benda yang anda gunakan kabel untuknya.
2. Elaborasi
Elaborasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Elaborasi
adalah jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide“
kreatif”-nya kepada masyarakat. Faktor inilah yang menentukan nilai dari ide
apapun yang diberikan kepada orang lain di luar dirinya. Elaborasi ditunjukkan
oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat untuk stimulus sederhana untuk
membuatnya lebih kompleks. Tambahan-tambahan tersebut bisa dalam bentuk
dekorasi, warna, bayangan atau desain. Contoh berpikir kreatif elaborasi
matematik. Pada suatu hari Pak Dodi pergi ke pasar untuk membeli dua jenis
semen di sebuah tokoh dengan harga Rp 440.000,- lengkapilah data tersebut
sehingga tersusun suatu masalah sistem persamaan linear dua variabel!. Kemudian
selesaikan masalah tadi. Contoh ini memberikan indikator bahwa siswa dapat
melengkapi data untuk menyusun suatu masalah dan menyelesaikannya.
3. Kelancaran
Kelancaran
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan segudang ide (Gilford, dalam
Filsaime, 2007)). Ini merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari
berpikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar kemungkinan yang
ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan.
4. Fleksibilitas
Karakteristik
ini menggambarkan kemampuan seseorang individu untuk mengubah perangkat
mentalnya ketika keadaan memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk
memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif. Fleksibilitas
adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental, mengubah
pendekatan untuk sebuah masalah. Tidak terjebak dengan mengasumsikan
aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada sebuah
masalah.
Keempat
karakteristik berpikir kreatifdi atas memberikan suatu pandangan tentang proses
kreatif, yang akan membantu individu untuk menciptakan ide-ide kreatif dan
menyelesaikan masalah-masalah tertentu didalam proses hidup.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keempat karakteristik berpikir kreatif
yakni kelancaran, fleksibilitas, keaslian dan elaborasi akan memberikan suatu
pandangan tentang proses kreatif, yang akan membantu individu untuk menciptakan
ide-ide kreatif dalam menyelesaikan masalah tertentu. Beberapa
karakteristik tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif seseorang dalam menyelesaikan masalah tertentu,
misalnya dalam bidang matematika. Kemampuan-kemampuan ini merepresentasikan proses
menjadi sensitif pada pemahaman-pemahaman seseorang, dan merupakan ciri-ciri
utama berpikir kreatif yang telah berkembang. Selain itu kelancaran,
fleksibilitas, keaslian dan elaborasi merupakan suatu sensor-sensor mental
manusia.
Selanjutnya
menurut Sumarmo (2010), mengemukakan bahwa ada lima inti berpikir kreatif
antara lain: (1)Self-efficacy) yaitu kemampuan dan kemandirian
dalam mengontrol diri; berani menghadapi masalah; optimis, percaya diri,
masalah sebagai tantangan dan peluang. (2) Luwes (Flexibility)
yaitu berempati, menghargai, menerima pendapat yang berbeda, bersikap terbuka,
mantap/ toleran menghadapi ketidakpastian, memiliki rasa humor.
(3)Kemahiran/ kepakaran yaitu bekerja secara eksak, teliti, tepat, dan
tuntas, punya visi dan tujuan yang jelas, selalu melakukan pengujian terhadap
kegiatan yang dilakukan. (4) Kesadaran yaitu melakukan kegiatan secara
sadar, berfikir metakognisi, memberikan alasan rasional terhadap kegiatan yang
dilakukannya. (5) rasa ketergantunganyaitu saling memberi dan menerima,
menunjukkan keterkaitan, konflik sebagai sesuatu yang berguna. Marzano
(Hassobuah, (2004); Sumarmo (2010) mengemukakan bahwa agar menjadi pemikir
kreatifsebagai sberikut:
- Bekerja dengan kemampuan tinggi, dengan cara percaya diri yang kuat, dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah meskipun belum menguasainya dengan baik.
- Mempertimbangkan idea sendiri dari sudut pandang yang alin sehingga ditemukan idea yang lebih baik.
- Mengerjakan semua tugas dengan didasari motif internal dan bukan karena motif eksternal, bersifat proaktif, dan tidak menjadi individu yang reaktif.
- Berpikir secara divergen, mampu mempertimbangkan sesuatu dari dari sudut pandang yang berbeda, mengajukan berbagai alternatif solusi. Bersikap terbuka dan fleksibel.
- Berpikir lateral, imajinatif, tidak hanya dari tampak tapi juga dari yang tak tampak, dan berpikir vertikal. Berpikir lateral adalah melihat permasalahan dari beberapa sudut baru, seolah-olah melompat dari satu tangga ke tangga lainnya. Namun dengan berpikir lateral akan mampu berpikir generatif dan provokatif, dan memperoleh idea yang lebih bagus. Berpikir vertikal adalah suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju suatu tujuan, seolah-olah sedang menaiki tangga De Porter, et al (2000). Melalui berpikir vertikal individu dapat berpikir melompat, namun dengan berpikir lateral.
Dari
beberapa pendapat tersebut di atas mengenai ciri-ciri ketrampilan kreatif dalam
makalah ini adalah ketrampilan dalam mengenai kelancaran, keluwesan, keaslian,
elaborasi, dan kepekaan. Pada ciri ketrampilan kepekaan yang membedakan antara
ciri ketrampilan kreatif dari Munandar (1999). Ketrampilan kepekaan dalam
adalah cepat menangkap dan menghasilkan masalah-masalah sebagai tanggapan
terhadap terhadap suatu masalah.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kreativitas
Ada
dua faktor yang mempengaruhi kreativitas. Faktor-faktor tersebut adalah
inkubasi dan faktor sosial.
1. Inkubasi
Banyak
ahli percaya bahwa masa inkubasi merupakan cara untuk menyelesaikan
masalah secara kreatif. Inkubasi adalah cara kita dapat
menyelesaikan masalah yang sulit bila kita menunda dulu masalah tersebut jedah
waktu dan kemudian bekerja lagi. Inkubasi jarang didemonstrasikan dalam
penelitian yang terkontrol dengan baik. Baron dan Gilhooly (dalam Matlin (2003),
meskipun bukti akurat itu banyak, beberapa ahli perpendapat bahwa terjadi
proses kerja di bawah sadar pada saat inkubasi. Kemungkinan lain adalah proses
mental yang tidak tepat berkurang selama periode tersebut. Selanjutnya Gilhooly
(dalam Matlin, 2003) bahwa lebih jauh lagi masa inkubasi ini memungkinkan untuk
memperluas aktivitas antara konsep-konsep yang terhubung, terutama tugas-tugas
yang membutuhkan kreativitas verbal.
2. Faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi kreativitas
Amabile
(Matlin, 2003) mengemukakan bukti yang meyakinkan bahwa ekspektasi evaluasi
bisa merusak kreativitas. Saat kita mengharapkan kerja kita dievaluasi,
hasilnya tidak akan mengecewakan, tetapi sepertinya akan kurang kreatif.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor sosial dapat mempengaruhi
kreativitas sebagai berikut:
a) Ketika seseorang memperhatikan anda
ketika sedang bekerja
b) Ketika Anda ditawari penghargaan
karena kreativitas anda
c) Ketika Anda harus berjuang untuk
mendapatkan hadiah.
d) Ketika seseorang membatasi
pilihan-pilihan anda dalam mengekspresikan kreativitas Anda.
c. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
Berpikir
kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi atau disposisi
tentang instruksi matematika, termasuk tugas penemuan dan pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut dapat membawa siswa mengembangkan pendekatan yang lebih
kreatif dalam matematika. Tugas aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi
kreativitas. Krutetskii (Hartono, 2009) menyatakan bahwa kreativitas identik
dengan keberbakatan matematika. Ia mengatakan lebih lanjut bahwa kreativitas
dalam pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan dalam merumuskan masalah
matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan baru. ide-ide ini sejalan
dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan kelancaran dalam membuat asosiasi baru
dan menghasilkan jawaban divergen yang berkaitan dengan kreativitas secara
umum. Silver (1997) mengemukakan bahwa aktivitas matematika seprti pemecahan
masalah dan pengajuan masalah berhubungan erat dengan kreativitas yang meliputi
kefasihan, keluwesan, dan hal-hal baru.
Heylock
(dalam Hartono (2009) bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik dapat
menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah dengan memperhatikan
jawaban siswa dalam memecahkan masalah yang proses kognitifnya dianggap sebagai
proses berpikir kreatif. Pendekatan kedua adalah menentukan kriteria bagi
sebuah produk yang diindikasikan sebagai hasil dari berpikir kreatif atau
produk-produk divergen. Selanjutnya Haylock dalam Hartono (2009) mencatat bahwa
banyak usaha untuk menggambarkan kreatif matematik.
Pertamamemperhatikankemampuan untuk melihat hubungan baru antara teknik-teknik
dan bidang-bidang dari aplikasi dan untuk membuat asosiasi-asosiasi antara yang
tidak berkaitan dengan idea.
Tall
(1991: 46) mengatakan bahwa berpikir kreatif matematik adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah dan/ atau perkembangan berpikir pada struktur-struktur
dengan memperhatikan aturan penalaran deduktif, dan hubungan dari konep-konsep
dihasilkan untuk mengintegrasikan pokok penting dalam matematika.
Krutetskii
adalah seorang psikologi Rusia yang menandai kreativitas matematika dalam
konteks masalah formal, penemuan, kebebasan, dan keaslian, Haylock; et all
(dalam Mann, 2005), telah menerapkan konsep-konsep dari kelancaran,
fleksibilitas, dan keaslian untuk konsep kreativitas dalam matematik. Sebagai
kelengkapan terhadap konsep-konsep ini, Holland (Imai, 2000; Mann, 2005)
menambahkan bahwa pengembangan atau meningkatan metode-metode) dan kepekaan
membangun metode-metode standar. Sedangkan Singh (Mann, 2005), bahwa
kreativitas matematikadigambarkan seperti “proses dari perumusan hipotesis
mengenai penyebab dan mempengaruhi dalam situasi matematika, menguji hipotesis
dan membuat modifikasi-modifikasi dan mengkomunikasikan hasil akhirnya”.
Dari
beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
berpikir kreatif matematik sebagai kemampuan menemukan dan menyelesaikan
masalah matematika yang meliputi komponen-komponen: kelancaran, fleksibilitas,
elaborasi dan keaslian. Penilaian terhadap kemampuan kreatif siswa dalam
matematika penting untuk dilakukan. Pengajuan masalah yang menuntut siswa dalam
pemecahan masalah sering digunakan dalam penilaian kreativitas matematik.
Tugas-tugas yang diberikan pada siswa yang bersifat penghadapan siswa dalam
masalah dan pemecahannya digunakan peneliti untuk mengidentifikasi
individu-individu yang kreatif.
Pada
bagian berikut diberikan sebuah contoh soal matematika yang terkait dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa yang diadaptasi dari Krulik dan Rudnick
(Sabandar, 2008) sebagai berikut:
Andi dan Lian diberikan tugas dari
guru untuk membaca buku Andi membaca 10 halaman dalam satu jam, dan Lian
dapat membaca 12 halaman dalam satu jam. Jika mereka membaca berhenti, dan
Andi mulai membaca pada jam 13.00, sedangkan Lian mulai jam 12.00. Pada jam
berapa mereka sama-sama menghabiskan halaman bacaan yang sama banyak?
|
Dari
soal di atas dapat dikembangkan beberapa hal yang terkait berpikir kreatif
siswa seperti: Apa yang kamu lakukan? Termasuk suatu pertanyaan
yang menstimulasi berpikir kreatif. Karena disini aspek tantangannya kuat
sekali. Siswa diminta untuk membuat suatu keputusan yang didasarkan padaide
individu ataupun pada pengalaman individu. Siswa harus menganalisa situasi
kemudian membuat keputusan. Siswa diminta untuk, dalam satu alinea
mengungkapkan secara tertulis apa yang dipikirkannya.
Minta daftar pustakanya Admin. Terima kasih
ReplyDelete