Penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan untuk menarik kesimpulan.
Kesimpulan yang bersifat umum bisa ditarik dari kasus-kasus yang bersifat
individual, tetapi dapat juga sebaliknya dari hal yang bersifat individual
menjadi bersifat umum (Suherman dan Winataputra, 1993). Penalaran terdiri dari penalaran
induktif yang disebut induksi dan penalaran deduktif yang disebut deduksi.
Penalaran induktif adalah penalaran untuk menarik suatu kesimpulan dari hal-hal
khusus ke hal yang umum (Sumarmo,
1978). Namun
penalaran induktif selain dapat berjalan dari khusus ke umum juga dapat
berjalan dari umum ke umum.
1. Contoh
penalaran induktif dari khusus ke umum
Premis : 7 + 1 = 8, 8
bilangan genap

3 + 9 = 12, 12
bilangan genap

Kesimpulan : Mungkin jumlah dua
bilangan ganjil adalah bilangan genap.
2. Contoh
penalaran induktif dari umum ke umum
Premis : Semua mangga yang hijau dan keras
rasanya asam
Semua
jeruk yang hijau dan keras rasanya asam
Kesimpulan
: Mungkin semua buah-buahan yang hijau dan keras rasanya asam.
Menurut
Sumarmo (1978: 28) bahwa, “Penalaran
deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang berjalan dari hal umum ke
hal yang khusus.” Penalaran
deduktif hampir selalu pasti dalam pengertian bahwa jika aturan atau asumsi
awalnya benar, maka konklusinya akan mengikuti logoka secara benar.
Penalaran
matematika memiliki peran yang sangat penting dalam proses berpikir seseorang. Menurut Rochmad (2008 l) bahwa penalaran matematika
meliputi pengumpulan bukti-bukti, membuat konjektur-konjektur, menetapkan
generalisai-generalisasi, membangun argumen-argumen dan menentukan
kesimpulan-kesimpulan logis berdasarkan ide dan hubungan-hubungannya.
Menurut Baroody (1993), ada tiga
tipe penalaran utama, yaitu :
1.
Penalaran Intuitif
Memerlukan
suatu pengetahuan atau memainkan suatu dugaan. Penalaran intuitif meliputi
suatu konklusi pada penampilan atau apakah perasaan benar.
2.
Penalaran Induktif
Meliputi
perasaan atau regularitas, dimulai dengan menguji contioh-contoh khusus dan
berperan untuk menggambarkan suatu konklusi umum.
3.
Penalaran deduktif
Penalaran deduktif dimulai dengan
premis yang mutlak untuk suatu konklusi tentang contoh kasus. Penalaran
deduktif meliputi: menggambarkan suatu konklusi yang perlu diikuti dari apa
yang diberikan. Penalaran deduktif dimulai dari aturan umum kepada suatu
konklusi tentang suatu kasus.
Pada
petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/ C/ PP/ 2004
tanggal 11 Nopember 2004 tentang penilaian perkembangan anak di SMP dicantumkan
indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika. Indikator
tersebut adalah:
1. menyajikan matematika secara lisan,
tertulis, gambar, diagram;
2. mengajukan dugaan;
3. melakukan manipulasi matematika,
menarik kesimpulan, menyusun bukti;
4. memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi;
5. menarik kesimpulan dari pernyataan;
dan
6. memeriksa kesahihan suatu argumen,
menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Dalam penilaiannya, kemampuan
penalaran mempunyai aturan tersendiri yang bisa dijadikan acuan. Menurut pendapat Wardhani (2004: 4) bahwa, “Penilaian
adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan hasil belajar”. Studi mengenai penilaian
kemampuan penalaran matematika siswa pernah dilakukan oleh Thompson dalam
risetnya yang berjudul “Asessing Mathematical Reasoning” pada akhir tahun 2006. Dari hasil
riset yang dilakukannya, Thompson mengemukakan bahwa dalam mengukur kemampuan
penalaran matematika siswa dapat dilakukan melalui tes formal. Tes diberikan
untuk melihat bagaimana kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaikan soal-soal
secara formal.
Penelitian ini menggunakan aturan penilaian dengan kriteria
penskoran soal-soal penalaran seperti
yang disajikan
oleh Thomson (2006) yang tertera dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Pensekoran
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Respon (penyelesaian) diberikan
secara lengkap dan benar.
|
4
|
2
|
Respon (penyelesaian) diberikan
dengan satu kesalahan/ kekurangan yang signifikan.
|
3
|
3
|
Respon (penyelesaian) benar secara
parsial dengan lebih dari satu kesalahan/kekurangan yang signifikan.
|
2
|
4
|
Respon (penyelesaian) tidak
terselesaikan secara keseluruhan namun mengandung sekurang-kurangnya satu
argumen benar.
|
1
|
5
|
Respon (penyelesaian) berdasarkan
pada proses atau argumen yang salah, atau tidak ada respon sama sekali.
|
0
|
Rumus
Penentuan nilainya sebgai berikut :
N = Td/Tm100
Keterangan : N
= Skor nilai
Td = Total nilai didapat
Tm= Total nilai maksimal
No comments:
Post a Comment